Internasional

Panic Buying Air Kemasan di Malaysia, WNI Ini Habiskan Rp170 Ribu untuk Kebutuhan MCK

Senin, 22 Mei 2023 | 13:00 WIB

Panic Buying Air Kemasan di Malaysia, WNI Ini Habiskan Rp170 Ribu untuk Kebutuhan MCK

Warga Malaysia memburu air mineral di supermarket. (Foto: The Star)

Jakarta, NU Online
Warga Malaysia bagian Penang dan Kedahan mengalami panic buying dan menyerbu supermarket serta memborong stok air mineral. Dilansir dari The Star, panic buying muncul lantaran adanya gangguan persediaan air.

 

Gangguan tersebut dipicu oleh kesalahan sistem yang menyebabkan turunnya permukaan air di Sungai Muda secara tiba-tiba. Hal ini memengaruhi produksi air olahan di instalasi pengolahan WTP Sungai Dua.

 

“Penggunaan air harian per kapita Penang melonjak hingga di atas 300 liter tahun lalu, tertinggi di negara ini,” kata Presiden Penang Water Watch Dr Chan Ngai Weng.

 

Meski pasokan air kembali pulih kurang dari 24 jam, sebagian masyarakat memilihnya untuk tetap berjaga-jaga dengan menyediakan stok air yang dibeli di supermarket.

 

Hal ini dilakukan salah satunya oleh warga negara Indonesia (WNI) asal Cilacap, Jawa Tengah, Maulida Hudiyati Nur. Perempuan yang kini bermukim di Kedahan, Malaysia itu mengatakan dirinya memilih untuk tetap menyediakan stok air, pasca keringnya pasokan air.

 

“Sudah normal, cuma ya tetap stand by saja karena hujan masing-masing jarang,” ungkapnya kepada NU Online, Senin (22/5/2023).

 

“Masih ada itu tampungan air, belum diberesin takut mati air lagi,” imbuhnya.

 

Selama pasokan air terganggu, Maulida mengatakan persediaan air yang ia beli digunakan tak hanya untuk kebutuhan konsumsi, tetapi juga MCK.

 

“Satu-satunya jalan buat tetap MCK pakai air mineral,” ungkap dia.

 

Ia kemudian membeli 4 krat air mineral yang masing-masing berisi 12 botol ukuran 1500 mililiter. Total yang harus dibayarnya sekitar Rp170.000. Harga tersebut telah mengalami kenaikan dari yang sebelumnya, yakni per krat dibanderol RM12.

 

“Pas air mati jadi RM13 (per krat),” papar dia.

 

Seperti diketahui, kekeringan yang terjadi pekan lalu (15/5/2023) itu diduga karena adanya kesalahan sensor di gerbang bendungan Sungai Muda. Chan mengatakan bahwa kejadian ini bisa diantisipasi jika ada peringatan otomatis saat adanya kesalahan pada sensor.

 

“Pihak berwenang harus memeriksa apakah peringatan dimatikan atau jika ada perintah yang salah atau apakah ada virus dalam program tersebut," ungkap dia.

 

Lebih lanjut, Chang mengatakan seharusnya terdapat peringatan umum yang dikirim ke setiap tingkat otoritas di Penang dan Kedah saat permukaan air Sungai Muda turun di bawah level tertentu.

 

Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Aiz Luthfi