Jakarta, NU Online
Tahun ini umat Islam di banyak negara melalui Ramadhan dan Idul Fitri dalam suasana berbeda akibat wabah Covid-19. Seperti di Inggris, berdasarkan penuturan Sekretaris PCINU United Kingdom, Munawir Aziz, tahun-tahun sebelumnya umat Islam pada situasi yang normal biasanya mengikuti perayaan bersama baik di masjid kampus maupun masjid umum.
"Di Southampton, biasanya mahasiswa Muslim Indonesia shalat di masjid kampus bersama komunitas Muslim, jadi ada masjid di dalam kampus. Biasanya ada ratusan orang shalat berjamaah berasal dari lintas negara," kata Munawir Aziz beberapa waktu lalu.
Setelah shalat Idul Fitri, warga Muslim Indonesia kemudian menikmati sajian berupa bakso. Tahun lalu ada sekitar 2000 sampai 3000 pentol bakso yang disediakan oleh Muslim perempuan dan disuguhkan untuk saudara Muslim yang hadir.
"Tapi tahun ini tidak bisa. Kami melakukan shalat Idul Fitri di rumah masing-masing. Seperti di tempat saya, shalat Idul Fitri dengan dua keluarga atau delapan orang. Shalat Idul Fitri dengan terbatas dan secara singkat sesuai anjuran ulama serta PBNU," imbuhnya.
Saling mengantar makanan
Meski begitu, mereka saling membuat makanan lalu mengantarkannya kepada tetangga. Ada yang membuat kue nastar, gulai, opor ayam dan makanan Indonesia lainnya.
"Seperti istri saya bikin bakso dan mengantarkan ke tetangga. Ini untuk merekatkan hubungan antarkeluarga meski tidak bisa berkumpul bersama seperti tahun lalu," kata Munawir Aziz.
Munawir Aziz menyebutkan tahun ini adalah tahun yang darurat kesehatan, yang berpengaruh tidak hanya kepada kaum Muslim, namun juga lintas agama. Wabah Covid-19 telah menjadi cobaan bersama yang harus dilalui bersama dengan ketabahan dan tolong menolong.
Idul Fitri dalam kawalan pergerakan bersyarat di Malaysia
Sementara itu, warga Indonesia di Malaysia, Mahfud Budiono menceritakan ibadah puasa dan tarawih di Malaysia dilakukan dengan mengikuti perintah kawalan pergerakan yang diberlakukan sejak 18 Maret 2020. Hingga pekan ini, perintah kawan berubah menjadi perintah kawalan pergerakan bersyarat.
"Bulan puasa juga melakukan shalat tarawih sepeti biasa tapi di luar kebiasaan, di mana kami melakukan hanya di rumah masing-masing tidak ada kegiatan di masjid," kata Mahfud Budiono.
Shalat Idul Fitri, menurutnya tidak ada pelaksanaan bersama seperti tahun lalu. Hanya di masjid tertentu ada shalat Idul Fitri, itu pun dengan protokol yang ketat, seperti dibatasi kepada 20 orang saja.
Karena itu, "Jalanan masih sepi, silaturahim dibatasi 20 orang saja. Untuk mengawasi kondisi di sini penguasa melakukan cek dan ricek kepada rumah tertentu jika di rumah itu banyak penghuni atau tamu," pungkas Mahfud Budiono.
Pakai masker, ribuan jamaah ikut Shalat Idul Fitri di Taipei
Berbeda dengan di Inggris dan Malaysia, umat Islam di Taiwan dapat melakukan shalat Idul Fitri bersama. Dalam video yang dikirim Nur Kholiq, memperlihatkan banyaknya jamaah shalat Idul Fitri di sebuah taman atau lapangan terbuka.
"Ada enam ribuan jamaah Shalat Idul Fitri. Selain dari Asia khususnya Indonesia, ada juga beberapa orang Timur Tengah," kata Nur Kholiq.
Ia mengatakan mayoritas jamaah adalah karyawan yang bekerja di sektor formal dan informal, ada pula pekerja pabrik maupun asisten rumah tangga.
"Di sini memang sudah dibolehkan (kegiatan dengan pelibatan banyak orang). Shalat Idul Fitri di Taipe dilakukan dengan mengikuti prosedur cegah Covid-19 seperti jarak antarjamaah satu meter, setiap jamaah mengenakan masker, membersihkan tangan dengan hand sanitizer, melakukan cek suhu badan," terang Nur Kholiq.
Di Taiwan angka Covid-19 tergolong rendah. Seperti diberitakan
Tirto, April lalu, Taiwan menjadi salah satu negara yang diprediksi akan memiliki jumlah kasus corona yang tinggi seperti negara lain di sekitar China. Namun, Taiwan tidak memiliki lebih dari 500 kasus terkonfirmasi Covid-19 hingga Rabu (24/4).
Negara yang berbatasan langsung dengan China, asal wabah ini bermula, hanya memiliki 426 kasus dengan angka kematian yang rendah yakni enam kasus.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Abdullah Alawi