Nasional

Pentingnya Sinergi Agamawan dan Ilmuwan NU

Rabu, 20 Mei 2020 | 12:00 WIB

Pentingnya Sinergi Agamawan dan Ilmuwan NU

Pengurus PCINU Amerika Serikat dan Kanada Prof Etin Anwar sinergi antara agamawan dan ilmuwan NU

Jakarta, NU Online
Diaspora ilmuwan Nahdliyin dantersebar di berbagai negara penjuru dunia. Di antara mereka, tak sedikit yang ahli di bidang sains dan teknologi. Melihat fakta demikian, Sekretaris Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU)  Amerika Serikat dan Kanada Prof Etin Anwar menyampaikan perlunya sinergi di antara mereka dan NU.
 
"Saya ingin bersama-sama memberikan supaya bagaimana diaspora NU maupun bukan NU, ilmuwan diaspora NU maupun tidak NU untuk bekerjasama dengan PBNU," katanya saat Silaturahim PCINU Sedunia pada Selasa (19/5).
 
Menurutnya, banyak hal yang bisa disinergikan antara ilmuwan diaspora dengan teman-teman ilmuwan NU maupun para pengurus dan lain-lain.
 
Keuntungan dengan adanya sinergi keilmuan ini banyak hal yang bisa dituju, di antaranya inovasi-inovasi yang sedang dilakukan bisa dibagikan dengan masyarakat secara umum. Kemudian, lanjutnya, kita juga bisa membicarakan ketahanan pangan seperti apa.
 
"Banyak yang bisa disinergikan. Kami dari PCINU Amerika siap berkolaborasi mengajak PCINU lainnya di bidangnya yang bermacam-macam untuk kemudian bisa bersama-sama memajukan NU, Islam Nusantara, dan tradisi Islam Nusantara," ujarnya.
 
Melengkapi hal tersebut, Rais Syuriyah PCINU Inggris Didik S Wiyono menyampaikan bahwa narasi agama dan sains ini juga penting disampaikan oleh PBNU untuk menjembatani pemahaman masyarakat terkait Covid-19.
 
"Kami ingin sesuatu yang bisa sama-sama kita lakukan yaitu memberikan narasi bahwa agama dan sains itu sesuatu yang saling melengkapi sesuatu yang saling menguatkan, bukan sebaliknya," ujarnya.
 
Jadi, hal tersebut, menurutnya, akan menjadi pengalaman berharga bahwa ibadah bukan harus ibadah mahdhoh di masjid dan sebagainya.
 
"Mengingat akan ada shalat Ied, banyak sekali permasalahan yang akan timbul nantinya kalau salat berjamaah itu dilakukan secara masif akan menjadi preseden tidak baik," katanya.
 
Karenanya, PBNU juga harus bisa memberikan informasi kepada masyarakat bahwa banyak alternatif ibadah yang bisa dilakukan pada saat bulan Ramadhan maupun selama hari raya.
 
"Itu saya kira narasi itu bisa kita sosialisasikan besar-besaran lewat NU yang saat ini kita di dunia maya menguasai khazanah peperangan dunia informasi di Indonesia," katanya.
 
Sebab, sebagaimana disinggung oleh berbagai pihak penanganan ini ada di ranah multisektoral dan kebijaksanaan pemerintah yang diambil adalah kebijakan yang sifatnya berubah. Artinya, kondisional dan adaptif.
 
"Tentunya komunikasi menjadi peran penting sangat penting untuk kita berikan kepada warga. Terlihat memang ada sedikit kendala dalam hal mengkomunikasikan kebijakan pemerintah warga setempat terutama sampai ke akar rumput," kata pakar artificial intelligence itu.
 
Melihat pembahasan mengarah ke hal serupa, Sekretaris PCINU Inggris Munawir Aziz menyampaikan PCINU harus hadir sebagai lokomotif penggerak peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.
 
"PCINU harus menjadi lokomotif penggerak peningkatan kualitas SDM Nahdliyin dan Indonesia, khususnya di level internasional," ujarnya.
Sebab, menurutnya, sudah banyak profesional muda dan periset yang bekerja di beberapa lembaga internasional. Mereka, katanya, harus didorong untuk menyumbangkan gagasannya untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama, baik di Indonesia dan di level internasional. 
 
Menanggapi hal itu, Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cecep Herawan mengatakan bahwa pihaknya telah menjalin kerjasama dengan Kemenristekdikti, khususnya dengan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional untuk bisa berkontribusi secara lebih lanjut. 
 
Kerja sama itu juga penting memanfaatkan hasil-hasil penelitian maupun keilmuan yang dimiliki oleh para diaspora. "Khususnya diaspora ilmuwan Nahdlatul Ulama tentunya sangat kita harapkan," katanya.
Al-Qur'an Afirmasi Sains untuk Iman

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menegaskan bahwa Al-Qur'an merupakan satu-satunya kitab suci yang mengatakan bahwa iman itu harus dilandaskan dengan ilmu.
 
"Iman itu harus berlandaskan ilmu, bukan iman ikut-ikutan dengan emosional," ujarnya.
Dalam Al-Qur'an Surat Al-Hajj ayat 54, Allah swt mengatakan bahwa kebenaran dari Tuhan harus dikaji, dicapai dengan ilmu pengetahuan, dengan argumentasi logis rasional, dengan alur dan premis ilmiah.
 
"Baru masuk ke dalam iman yang benar. Baru beriman ilmiah baru beriman surat Al hajj a
Kiai Said mengaku telah membaca kitab-kitab lain. Namun, ganya Al-Qur'an yang mengatakan iman harus berlandaskan logika.
 
Pewarta: Syakir NF
Editor: Abdullah Alawi