Internasional

Sejumlah Negara Putuskan Hubungan Diplomatik dan Tarik Duta Besar dari Israel

Kamis, 2 November 2023 | 15:30 WIB

Sejumlah Negara Putuskan Hubungan Diplomatik dan Tarik Duta Besar dari Israel

Menteri Sekretaris Negara Bolivia, María Nela Prada, dan Wakil Menteri Luar Negeri Bolivia, Freddy Mamani, mempertanyakan aksi Israel di Gaza. (Foto: Kementerian Luar Negeri Bolivia via BBC)

Jakarta, NU Online

Baru-baru ini, Bolivia mengatakan pihaknya telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena serangannya di Jalur Gaza. Sedangkan Kolombia, Chile, dan Yordania menarik duta besar mereka dari Israel untuk berkonsultasi.


Bolivia menjadi negara pertama yang secara aktif memutus hubungan diplomatik dengan Israel karena perang di Gaza, yang dilancarkan Israel sebagai balasan atas serangan 7 Oktober 2023 di Israel selatan oleh Hamas.


Pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel bukan hal anyar bagi Bolivia. Pada 2009 silam, di bawah kepemimpinan Presiden Evo Morales, negara tersebut melakukan aksi serupa untuk memprotes tindakan Israel di Gaza. Bolivia baru memulihkan kembali hubungan diplomatik dengan Israel pada 2019.


Ada sebanyak 29 negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Jumlah itu kini genap menjadi 30 negara dengan masuknya Bolivia ke dalam daftar tersebut.


Selain Bolivia, negara-negara yang tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel di antaranya Indonesia, Brunei, Malaysia, Iran, Pakistan, Arab Saudi, dan Qatar.


Pada hari yang sama, Selasa (31/10/2023) Kolombia dan Cile juga menarik duta besar negaranya untuk Israel. Langkah itu diambil sebagai bentuk protes dan kecaman atas kekejaman yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.


Presiden Kolombia, Gustavo Petro lewat akun X resminya menyatakan dirinya telah menarik duta besar negaranya untuk Israel, Margarita Eliana Manjarrez Herrera.


"Saya telah memutuskan untuk memanggil duta besar kami di Israel untuk berkonsultasi. Jika Israel tidak menghentikan pembantaian rakyat Palestina, kami tidak bisa berada di sana," tulis Petro.


Sejak dimulainya serangan ke Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, Petro aktif menyoroti aksi kekejaman Israel terhadap penduduk Palestina. Dia termasuk pemimpin dunia pertama yang mengutuk serangan Israel ke Gaza. Setelah mengumumkan penarikan duta besar negaranya untuk Israel, Petro mengomentari sejumlah laporan media di platform X tentang serangan Israel ke Gaza.


"Ini disebut genosida, mereka melakukannya untuk menyingkirkan rakyat Palestina dari Gaza dan merebutnya. Kepala negara yang melakukan genosida ini adalah penjahat kemanusiaan. Sekutu mereka tak bisa bicara soal demokrasi," kata Petro.


Pemerintah Chile juga menarik duta besar mereka untuk Israel. Mereka dipanggil pulang untuk berkonsultasi setelah Israel melanggar hukum kemanusiaan internasional di Jalur Gaza.


Chile menyerukan gencatan senjata dan akses untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke zona tersebut. Negara itu menyatakan bahwa Israel telah melanggar hukum internasional.


"Chile mengecam keras dan mengamati dengan penuh keprihatinan bahwa operasi militer ini yang pada tahap perkembangannya melibatkan hukuman kolektif terhadap penduduk sipil Palestina di Gaza tidak menghormati norma-norma dasar Hukum Internasional, dengan tewasnya lebih dari delapan ribu warga sipil, kebanyakan perempuan dan anak-anak," tulis Presiden Chile Gabriel Boric di akun X.


Terbaru, Yordania mengumumkan penarikan Duta Besarnya dari Israel pada Rabu (1/11/2023) waktu setempat. Otoritas Amman juga menyerukan kepada Duta Besar Israel di wilayahnya untuk menjauhkan diri dari unjuk rasa yang digelar memprotes pengeboman Israel terhadap Jalur Gaza.


Menteri Luar Negeri (Menlu) Yordania Ayman Safadi dalam pengumumannya juga menyebut serangan tanpa henti oleh Israel terhadap Jalur Gaza telah menewaskan orang-orang yang tidak bersalah dan menyebabkan bencana kemanusiaan.


Safadi menegaskan Duta Besar Yordania hanya akan kembali ke Tel Aviv jika Israel menghentikan perangnya di Jalur Gaza dan mengakhiri 'krisis kemanusiaan yang diakibatkannya'.


"Ini untuk menunjukkan sikap Yordania yang menolak dan mengutuk perang Israel di Gaza, yang menewaskan orang-orang tidak bersalah dan menyebabkan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya," ucap Safadi dilansir Reuters, Kamis (2/11/2023).


Lebih lanjut, Safadi mengatakan bahwa keputusan ini juga diambil karena Israel merampas makanan, air dan obat-obatan bagi warga Palestina setelah mereka mengepung Jalur Gaza usai serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober lalu.


"Salurkan bantuan Anda untuk Palestina melalui NU CARE-LAZISNU. Klik di sini."