Manfaat Frugal Living bagi Kesehatan Perspektif Thibbun Nabawi
Sabtu, 23 November 2024 | 15:30 WIB
Yuhansyah Nurfauzi
Kolomnis
Bayang-bayang kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12% membuat sebagian masyarakat khawatir dan cemas. Kecemasan yang muncul karena kemungkinan pengeluaran yang bertambah dan meningkatnya harga-harga bisa membuat kesehatan mental terusik. Bahkan beberapa pendapat menyatakan bahwa masyarakat kelas menengah akan turun status menjadi tidak mampu secara finansial. Bila tidak diatasi dengan baik, kondisi ini juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan fisik.
Untuk menekan pengeluaran berlebihan, masyarakat dituntut untuk berhemat. Hidup sederhana dan memprioritaskan belanja perlu untuk diterapkan di tengah-tengah ketidakpastian kondisi ekonomi. Semua upaya tersebut ditempuh agar kestabilan keuangan terjaga dan tidak besar pasak daripada tiang.
Bagaimana hasil-hasil penelitian mengungkapkan kondisi masyarakat akibat kenaikan pajak? Apakah gaya hidup hemat bermanfaat untuk kesehatan? Bagaimana pula sudut pandang Thibbun Nabawi mengupas aspek Frugal Living atau pola hidup sederhana dengan tetap menjaga kesehatan?
Kenaikan pajak berefek seperti inflasi sehingga mengurangi daya beli rumah tangga. Kondisi ini membuat harga-harga komoditas penting, seperti makanan dan obat-obatan menjadi kurang terjangkau dan memicu serangkaian masalah terkait kesehatan (Movsisyan dkk, 2024, Inflation and Health: a Global Scoping Review, The Lancet Global Health, Vol. 12, No. 6: Halaman e1038-e1048).
Baca Juga
Frugal Living menurut Ajaran Islam
Apabila dipaksakan, pengeluaran yang bertambah akan membawa kepada masalah keuangan pribadi maupun keluarga. Berdasarkan penelitian di Inggris oleh Money and Mental Health Policy Institute pada tahun 2016, masalah kesehatan keuangan merupakan akar dari 86% problematika kesehatan mental. Survei yang dilakukan terhadap 5.500 orang yang mengalami masalah kesehatan mental mengatakan bahwa situasi keuangan mereka memperburuk masalah kesehatan mental mereka.
Obat-obatan termasuk salah satu komoditas yang akan mengalami kenaikan harga akibat kenaikan PPN 12%. Beban PPN itu akan dikenakan kepada masyarakat sehingga menambah harga jual obat. Padahal, obat adalah salah satu kebutuhan esensial ketika seseorang mengalami penyakit. Oleh karena itu, bila harga obat naik bisa menjadikannya tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat yang sedang sakit.
Dengan risiko terhadap kesehatan yang diuraikan ini, maka penghematan ekonomi menjadi salah satu solusi. Selain mengantisipasi agar tidak terjadi masalah keuangan, Frugal Living (gaya hidup sederhana) juga dapat membuat seseorang mensyukuri kesehatannya sehingga dapat menikmati kehidupannya.
Dalam Kitab At-Thibbun Nabawi, Al-Hafiz Adz-Dzahabi menyebutkan keistimewaan hidup sederhana untuk kesehatan. Berdasarkan pemaparannya, kesederhanaan yang menunjang kesehatan ternyata diiringi dengan kebiasaan lainnya yaitu shalat malam. Beliau mengutip perkataan Al-Muwaffaq ‘Abdul Lathif yang bekata dalam kitabnya Al-Arba’in:
“Aku pernah melihat sekelompok orang sederhana dan awam tetapi menikmati kesehatan yang baik. Maka akupun bertanya ihwal mengapa demikian dan mengetahui bahwa mereka sering menunaikan shalat, terutama shalat malam.” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, At-Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihyail Ulum: 1990], halaman 283)
Ketika perubahan menuntut untuk menjalani kehidupan yang sederhana, bisa jadi seseorang yang semula berkecukupan merasa kaget. Lain halnya apabila sudah terbiasa hidup prihatin, maka hidup sederhana tidaklah menjadi masalah. Oleh karena itu, shalat malam atau tahajud menjadi kombinasi yang mujarab untuk membersamai kesederhanaan hidup, khususnya bagi orang yang baru mengalaminya.
Baca Juga
Hidup Sederhana Bersama Rasulullah SAW
Shalat malam memberikan efek rasa aman dan gembira terhadap umat Islam yang melaksanakannya. Perubahan kondisi ke arah hidup yang lebih sederhana bisa jadi membuat seseorang mula-mula merasa sedih. Namun, apabila diiringi dengan kesabaran dan diperkuat dengan shalat malam, maka hidup sederhana dapat dilalui dengan tetap gembira dan bahagia.
Dalam bagian lain dari kitabnya, Al-Hafiz Adz-Dzahabi menyatakan bahwa melakukan shalat malam seringkali memberikan kegembiraan kepada orang yang melakukannya. Selain itu, shalat malam dapat menghilangkan pikiran-pikiran yang buruk, termasuk kecemasan dan kemarahan (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, At-Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihyail Ulum: 1990], halaman 283).
Tekanan-tekanan akibat kondisi ekonomi seperti kenaikan pajak dan kenaikan harga sedikit banyak bisa membuat seseorang merasa cemas dan emosional. Dari sisi kesehatan mental, perasaan seperti itu membuat hidup seseorang menjadi tidak aman. Namun, seorang yang ingin tetap sehat perlu menerima dengan ikhlas semua kondisi sulit dan mengupayakan kesabaran agar kehidupannya tetap aman.
Kesabaran menjadi kunci bahwa di saat ekonomi sulit, seseorang tetap harus menjaga kesehatan mentalnya. Hidup sederhana bisa menjadi resep untuk kesehatan bila diiringi dengan kesabaran dan keyakinan bahwa cobaan hidup adalah penghapus dosa. Konsep inilah yang dipakai oleh para ulama sufi untuk menjaga kesehatan dirinya saat hidup sederhana dan ternyata bersesuaian dengan saran para dokter di masa Islam klasik.
“Pada suatu hari, Dzun Nun berjalan melewati beberapa orang dokter lalu mendekati salah seorang di antaranya sambil mengucapkan salam. Selanjutnya Dzun Nun berkata kepada dokter itu untuk meminta resep obat dari tindakan-tindakan yang salah. Singkat cerita, dokter itu meresepkan salah satu obat mujarab berupa hidup sederhana yang diiringi dengan kesabaran.” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, At-Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihyail Ulum: 1990], halaman 287).
Ilmuwan kedokteran pada masa lalu sepakat dengan pola hidup sederhana untuk kesehatan. Ketika ditanya tentang bagaimana hidup yang baik itu, Hippocrates, Bapak Ilmu Kedokteran, menjawab: “Kehidupan sederhana dan minimalis bersama rasa aman itu lebih baik daripada kekayaan bersama rasa takut.” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, At-Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihyail Ulum: 1990], halaman 35)
Konteks tentang kesehatan mental ini tidak menafikan bahwa seorang Muslim tentu boleh menjadi orang kaya. Namun, apabila suatu saat roda kehidupan berputar sehingga dia harus berada dalam keterbatasan maka harus tetap menjaga kesehatan mental dengan berbagai upaya.
Rasulullah saw bersabda di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad:
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
Artinya: "Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia adalah bagian dari nikmat," (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Berdasarkan hadits dan penjelasan ini, selayaknya seorang Muslim memandang bahwa kesehatan adalah nikmat yang berharga. Bisa saja suatu waktu dia berada dalam kondisi ekonomi yang terbatas, tetapi dengan Frugal Living atau hidup sederhana dan bersabar, kesehatannya akan terjaga. Dengan modal itu, diharapkan dia akan mampu beribadah dan bekerja untuk memperoleh kelapangan rezeki serta memperoleh kehidupan yang lebih baik. Wallahu a’lam bis shawab.
Yuhansyah Nurfauzi, Apoteker dan Peneliti Farmasi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua