Yuhansyah Nurfauzi
Kolomnis
Gangguan mental merupakan gangguan yang sering dialami akhir-akhir ini sehingga tanggal 10 Oktober dijadikan sebagai hari kesehatan mental sedunia. Sebagai contoh, ketidakmampuan mengendalikan emosi, perasaan, dan jiwa bisa berujung pada luapan amarah dan depresi. Selain itu, gangguan eksternal berupa mata jahat (‘ain) dari orang lain yang memiliki kecenderungan hati berpenyakit juga bisa mempengaruhi status mental dari orang yang menjadi korban.
Mental sering dihubungkan dengan aspek kejiwaan yang tidak nampak. Meskipun gangguan mental dapat terjadi pada semua orang, tetapi rupanya wanita lebih rentan mengalaminya. Hal ini tidak lepas dari aspek dominasi perasaan pada kaum hawa yang intensitasnya melebihi kaum adam. Oleh karena itu, Islam sesungguhnya memberikan perhatian untuk penjagaan terhadap kesehatan mental, khususnya bagi kaum wanita.
Gangguan mental pada wanita juga sering tidak disadari berkaitan dengan sistem syaraf, status hormonal, dan imunitas. Oleh karena itu secara holistik, gangguan mental dapat diatasi melalui pengobatan medis dan spiritual. Adakah contoh upaya pengobatan holistik untuk gangguan mental dari tokoh Islam di masa lalu? Bagaimana penerapannya dan masihkah ada praktiknya hingga sekarang?
Ibnu Sina merupakan salah satu cendekiawan muslim di bidang kedokteran yang memiliki kepedulian terhadap kesehatan mental. Beliau memiliki ilmu pengobatan yang memuat terapi secara komprehensif, termasuk untuk gangguan jiwa. Ajaran-ajarannya masih diterapkan hingga saat ini oleh masyarakat di daerah Persia atau Iran dan Asia Tengah (Kazakstan, Uzbekistan, Tajikistan, dan Turkmenistan).
Dalam salah satu karyana, Ibnu Sina menjelaskan ada tanaman yang mampu mempengaruhi hormon wanita sekaligus dapat mempengaruhi syaraf yaitu Peganum Harmala. (Abu Ali al-Husain bin Abdullah bin Sina, Al-Qanun fit-Thibb Book II, Jamia Hamdard, New Delhi, 1998: halaman 166)
Tanaman sejenis semak yang dalam bahasa lokal itu disebut isiriq atau isryk biasanya dikeringkan dalam bentuk masih utuh beserta bijinya dan di Tajikistan digunakan untuk kelemahan syaraf pada otot-otot. Di Asia Tengah pada umumnya penggunaannya untuk kesehatan kewanitaan juga sangat dominan.
Uniknya, ajaran Ibnu Sina untuk menjaga kesehatan mental diterapkan dengan kreatif oleh masyarakat di Asia Tengah, khususnya kaum wanita. Mereka mengkombinasikan bacaan Al-Qur’an dengan terapi herbal yang dibakar dalam acara pengajian. Pembakaran herbal itu disebut fumigasi untuk mengeluarkan asap dan kandungan wewangian yang dikenal dengan minyak atsiri. Minyak atsiri yang menguap di udara memang telah dikenal memiliki efek terhadap ketenangan mental.
Selain minyak atsiri, pembakaran herbal menghasilkan asap. Asap merupakan wujud padatan yang sangat halus di dalam udara sehingga juga bisa terhirup. Ada zat-zat kimia yang terkandung dalam herbal tertentu dapat bermanfaat ketika asapnya terhirup melalui saluran pernafasan. Metode pembakaran herbal secara tradisional inilah yang ditemukan pada fenomena upaya untuk menjaga kesehatan mental secara holistik.
Dalam acara pengajian yang diselenggarakan oleh wanita di Asia Tengah secara berkelompok, ada ulama perempuan yang membacakan Al-Qur’an. Ruangan yang ditempati diasapi dengan tanaman yang bernama Peganum Harmala, yaitu sejenis tanaman inggu yang juga dikenal di Nusantara. Ada kain dan asesoris yang identik dengan pakaian wanita milik para hadirin seperti sapu tangan dan kerudung serta cermin rias yang digelar di ruangan tersebut sehingga ikut terasapi.
Setelah acara selesai, sapu tangan maupun kerudung wanita yang dibawa dan digelar itu diambil oleh pemiliknya untuk dibawa pulang. Mereka mengenakannya di rumah atau di kesempatan lainnya dengan mengharapkan kesehatan jiwa karena kain kerudung, sapu tangan, dan cermin itu telah dibacakan doa. Namun, ternyata asap yang mengandung minyak atsiri dari tanaman yang dibakar sewaktu acara juga berpengaruh terhadap kesehatan mental ketika terhirup melalui benda-benda yang terasapi herbal itu.
Apabila ditinjau secara aspek pengobatan islami, pembacaan Al-Qur’an sudah banyak dikenal kemanfaatannya untuk kesehatan mental. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila praktik pembacaan Al-Qur’an oleh ulama perempuan di Asia Tengah itu memiliki efek positif terhadap para wanita yang menghadiri pengajian. Dengan mendengarkan lantunan ayat suci yang dibacakan oleh ulamanya, wanita-wanita di Asia Tengah itu mendapatkan ketenangan.
Ayat-ayat suci Al-Qur’an juga dapat menjadi ruqyah terhadap gangguan non medis seperti mata jahat atau ‘ain. Para wanita yang sering mengikuti pengajian akan mendengarkan bacaan Al-Qur’an sehingga memiliki potensi untuk terhindar dari gangguan ‘ain dan sejenisnya. Oleh karena itu seringkali wanita di Asia Tengah menganggap bahwa menghadiri rangkaian acara pengajian menjadi salah satu sarana pengobatan holistik yang sangat bermanfaat untuk kesehatan (Kandiyoti dan Azimova, 2004, The Communal and The Sacred: Women’s World Ritual in Uzbekista, The Journal of The Royal Anthropological Institute, Volume 10 Nomor 2, Royal Anthropological Institute of Great Britain and Ireland: halaman 327-349).
Hal yang unik adalah ketika mereka membawa pulang sapu tangan, kerudung, dan cermin rias yang telah terasapi oleh pembakaran herbal di acara pengajian. Mereka meyakini bahwa benda-benda yang dibawa ketika acara pengajian juga ikut terlimpahi keberkahan dari kemuliaan acara itu yang di dalamnya ada pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Padahal, selain berkah dari pembacaan Al-Qur’an ada fenomena ilmiah yang dapat dijelaskan sebagai efek pembakaran herbal di acara pengajian.
Ketika mereka mengenakannya di rumah, maka zat kimia dalam asap yang melekat di dalam kain maupun cermin masih bisa memberikan khasiat bagi orang yang kontak dengannya. Oleh karena itu, zat kimia dalam materi asap itu juga memberikan efek menolak mata jahat atau ‘ain.
Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti yang diketuai oleh Faridi pada tahun 2013 berhasil mengungkap senyawa aktif dalam asap herbal Peganum Harmala. Hasil penelitian tersebut relevan dengan upaya penjagaan mental karena wanita yang menghirup asap atau residu asap tanaman tersebut akan mendapatkan ketenangan. Efeknya, daya tahan tubuh meningkat dan berimbas baik untuk kesehatan (Faridi dkk, 2013, Chemical Composition of Peganum harmala Smoke and Volatile Oil, Journal of Essential Oil Bearing Plants, Volume 16 Nomor 4: halaman 469-473).
Apabila wanita di Asia Tengah mengenakan sapu tangan, kerudung, atau bercermin dengan cermin rias yang telah diasapi oleh herbal tersebut dari acara pengajian maka mereka menghirup residu asap. Senyawa yang berefek baik terhadap daya tahan tubuh itu akan baik pula untuk ketenangan jiwa sehingga dapat menghindarkan mereka dari gangguan mental. Jadi, terapi holistik dari Kawasan Asia Tengah berupa pengajian, pembacaan Al-Qur’an bersama dengan pengasapan herbal yang pernah disebutkan Ibnu Sina telah dikenal bermanfaat untuk menjaga kesehatan mental. Wallahu a’lam bis shawab.
Yuhansyah Nurfauzi, pakar farmasi, pemerhati sejarah kedokteran dan sejarah peradaban Islam.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua