Kesehatan

Waspada Dampak Pinjaman Online dan Utang Berlebihan bagi Kesehatan Tubuh dan Mental

Sabtu, 21 Desember 2024 | 10:00 WIB

Waspada Dampak Pinjaman Online dan Utang Berlebihan bagi Kesehatan Tubuh dan Mental

Dampak Pinjaman Online dan Utang. (Foto: NU Online/Freepik)

Kasus pinjaman online di Indonesia beserta dampak sosialnya seakan tak pernah habis. Meskipun sudah banyak imbauan kepada masyarakat untuk menghentikannya, tetapi masih banyak orang yang terjerat pada problem pinjaman ini. Latar belakang masalah ekonomi bisa berkembang menjadi masalah lain yang pelik pada kasus-kasus pinjaman dengan model ini.


Bagaimana pinjaman online mempengaruhi kesehatan masyarakat? Apa saja dampak jeratan pinjaman online pada kondisi fisik dan psikis seseorang? Apakah dampak tersebut relevan dengan peringatan Rasulullah saw tentang utang?


Apabila salah perhitungan, jeratan utang bisa berujung pada kesengsaraan. Di saat masyarakat mengalami kesulitan ekonomi, biaya hidup cenderung mengalami kenaikan. Akibatnya, tuntutan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi membuat masyarakat banyak yang terbebani.


Bila jalan pintas dengan pinjaman online dipilih sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, dampaknya bisa beragam. Target untuk menunaikan kewajiban beserta bunganya yang tidak diiringi dengan perhitungan cermat justru dapat meningkatkan risiko buruk terhadap kesehatan. Dengan kata lain, ada dampak fisik maupun psikologis yang dihadapi oleh orang yang terjerat pinjaman online.


Problem kesehatan mental dan masalah utang seringkali berkelindan. Salah satu masalah itu bisa saling berkaitan dengan masalah lainnya yang menjadi siklus jebakan dan sulit dicari jalan keluarnya. Di negara maju seperti Inggris, ada lebih dari 1,5 juta orang yang mengalami masalah pinjaman atau utang sekaligus gangguan mental.


Orang yang mengalami problem dalam pinjaman utangnya seringkali mengalami masalah mental. Hampir separuh (46%) orang yang mengalami problem utang juga mengalami masalah mental. Di sisi lain, 86% dari 5.500 orang yang disurvei oleh Money and Mental Health menyatakan bahwa masalah keuangan membuat kesehatan mental mereka menjadi lebih buruk.


Peneliti dari UIN KH Abdurrahman Wahid Indonesia mengungkapkan bahwa pinjaman online dapat memicu masalah kesehatan seperti depresi, kecemasan, dan gangguan tidur. Kecemasan lebih lanjut yang ditimbulkan oleh ketidakmampuan membayar pinjaman dapat membawa kepada stress emotional (Pamungkas dkk, 2024, Psychological Impact of Someone Who is Entered in Online Loans, Prosiding The 1st International Conference on Islamic Economics: halaman 887-897).


Hal lain yang umum dijumpai pada orang yang berutang adalah rasa malu dan rendah diri. Apabila seseorang tidak mampu melunasi utangnya, perasaan malu dan rendah diri itu semakin menjadi. Akibatnya, gangguan mental seperti merasa inferior dan merasa tidak berhasil dalam kehidupan semakin menghantui. Lebih lanjut, perasaan-perasaan yang tidak baik seperti itu akan membawa seseorang pada gangguan fisik.


Salah satu gangguan fisik yang dapat dialami oleh orang dengan lilitan utang dalam jangka panjang adalah hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gejala yang dimunculkan oleh meningkatnya tekanan sistolik atau tekanan yang nilainya lebih tinggi maupun diastolik atau tekanan darah yang nilainya lebih rendah. Tingginya penekanan aliran darah tersebut terhadap pembuluh darah seseorang terhubung dengan jantung, otak, ginjal, maupun organ fisik penting lainnya.


Penelitian di China menunjukkan bahwa orang yang terlilit utang dengan nilai tinggi menunjukkan peningkatan kemungkinan hipertensi dan gejala depresi. Utang rumah tangga dapat memiliki efek tidak langsung pada hipertensi melalui gejala depresi. Artinya, depresi dalam jangka panjang sebagai gangguan mental akhirnya dapat menimbulkan gangguan fisik berupa tekanan darah tinggi.


Di antara 12.274 subjek, mereka yang memiliki utang rumah tangga tingkat tinggi menunjukkan peningkatan peluang hipertensi sebesar 12%. Selain itu, mereka berpeluang mengalami gejala depresi dua kali lipat dibandingkan dengan debitur rumah tangga tingkat rendah (Song dkk, 2020, Household Debt, Hypertension and Depressive Symptoms for Older Adults, International Journal of Geriatric Psychiatry, Volume 35, Nomor 9: Halaman 779-784). 


Uniknya penelitian tersebut menyebutkan bahwa utang rumah tangga memiliki efek langsung pada hipertensi. Peneliti di Cina tersebut menggunakan uji Sobel dan menemukan keserasian dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa utang yang berlebihan dikaitkan dengan penyakit kronis termasuk hipertensi (Blomgren dkk, 2016, Over-indebtedness and Chronic Disease: a Linked Register-Based Study of Finnish Men and Women During 1995-2010, Int. J Public Health, 61(5): halaman 535-544).


Temuan ini juga konsisten dengan studi bahwa utang yang berlebihan menyebabkan peningkatan tekanan darah diastolik (Sweet dkk, 2013, The High Price of Debt: Household Financial Debt and Its Impact on Mental and Physical Health, Soc Sci Med, 91: halaman 94-100). Tekanan darah yang naik pada penelitian ini adalah tekanan diastolik yang biasanya memiliki nilai lebih rendah daripada tekanan sistolik.


Secara khusus, dalam situasi yang penuh tekanan, tubuh melepaskan hormon stres, adrenalin, dan kortisol, ke dalam darah, dan mereka meningkatkan denyut jantung serta menyempitkan pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian, fisik seseorang yang mengalami tekanan utang juga terpengaruh secara sistemik.


Ancaman kesehatan tersebut relevan dengan sabda Nabi Muhammad SAW tentang utang. Diriwayatkan dari ‘Uqbah bin Amir, Rasulullah bersabda:


لاَ تُخِيْفًوْا أَنْفُسَكُمْ بَعْدَ أَمْنِهَا. قَالًوْا: وَمَا ذَاكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلدَّيْنُ   


Artinya: “Jangan kalian menakuti diri kalian sendiri, padahal sebelumnya kalian dalam keadaan aman. Para sahabat bertanya: 'Apakah itu, wahai Rasulullah?'. Rasulullah menjawab: 'Itulah utang!'" (HR. Ahmad).


Rasa takut adalah gangguan mental yang banyak terjadi pada orang yang terlilit utang berlebihan. Perwujudan rasa takut itu adalah cemas dan depresi sebagaimana yang telah diuraikan oleh para peneliti di atas. Oleh karena itu, hadits Rasulullah tersebut relevan dan selayaknya diperhatikan sebagai pedoman bagi umat Islam untuk tidak meremehkan permasalahan utang sehingga tidak terjebak di dalam risikonya. Wallahu a’lam bis shawab.


Yuhansyah Nurfauzi, Apoteker dan Peneliti Farmasi