Nasional KONGRES KE-2 PERGUNU

15 Tokoh Terima Penghargaan Pergunu 2016

Jumat, 28 Oktober 2016 | 14:00 WIB

Mojokerto, NU Online
Sebanyak 15 orang tokoh dianugerahi Penghargaan Pergunu 2016. Penyerahan penghargaan dilakukan pada pembukaan Kongres Ke-2 Pergunu yang berlangsung Kamis (27/10) di Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur.

Ke-15 tokoh itu adalah Ahmad Wibisono, Dr. Hariyadi (alm), KH Jamaludin Abdullah, KH Latif Mansyur (alm), Muhammad Said, Drs. Kusnan A, Drs. Budi Sulistiono (alm), dr Hilalludin, KH Bashori Alwi. Kesembilan tokoh itu merupakan Tokoh Pendiri NU.

Selain itu terdapat enam tokoh lain yaitu Sulaiman atas kontrobusi partisipasi dan konsolidasi Pergunu di Sulawesi Tengah, Drs. Ruswan atas kontribusi partisipasi dan konsolidasi Pergunu di Jawa Tengah, Lewa Karma atas kontrobusi partisipasi dan konsolidasi Pergunu di Bali, Retno Herawati atas partisipasi dan pengabdian masyarakat dengan mengembangkan wakaf tunai untuk beasiswa di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Berikutnya Fath Chillah sebagai pencipta Mars Pergunu, dan Drs. Zainal Abidin yang mengaransemen Mars Pergunu.

Kepada kelimabelas tokoh penerima Penghargaan diberikan uang tunai senilai masing-masing lima juta rupiah, dan satu paket bingkisan lainnya.

Ahmad Wibisono (82) salah seorang penerima penghargaan, menuturkan kepada NU Online, awal keterlibatannya dalam pendirian Pergunu adalah rasa antusias menunjukkan keterlibatan NU untuk berada di garis depan, yakni bidang pendidikan, yang di dalamnya menyangkut guru sebagai komponen pendidik. 

“Guru berperan penting dalam mendidik anak-anak menjadi saleh dan solehah,” kata pria kelahiran Magetan, 27 Mei 1934, ayah dari sepuluh anak  yang kebanyakan juga aktif di NU, salah satunya Agus Huda putra pertama Ahmad yang merupakan Ketua Maarif Bojonegoro. 

Ahmad Wibisono berharap Pergunu akan lebih bermanfaat untuk seluruh masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Ia juga menyarankan agar anggota Pergunu meningkatkan kerja sama dan silaturahim dengan seluruh komponen bangsa dan NU. Selain itu peningkatan profesionalisme juga harus dikedepankan.

“Peningkatan profesi sesuai dengan aturan negara, misalnya lulusan tertentu harus mengajar bidang studi yang sesuai,” tambah kakek 27 cucu yang kini aktif mengelola Panti Asuhan Arrohmah, di Jalan Arif Rahman Hakim, Sukorejo, Bojonegoro, Jawa Timur. (Kendi Setiawan/Fathoni)