Nasional

35 Santri Calon Penerima Beasiswa ke Maroko Ikuti Ujian Muqabalah di PBNU

Kamis, 5 Oktober 2023 | 16:30 WIB

35 Santri Calon Penerima Beasiswa ke Maroko Ikuti Ujian Muqabalah di PBNU

Santri calon penerima beasiswa ke Maroko mengikuti ujian muqabalah (tes masuk) lisan secara virtual, di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, pada Kamis (5/10/2023) siang. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Sebanyak 35 santri calon penerima beasiswa ke Maroko mengikuti ujian muqabalah (tes masuk) lisan secara virtual, di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, pada Kamis (5/10/2023) siang. 


Terdapat dua ruangan yang disiapkan. Masing-masing ruangan langsung terhubung ke penguji yang ada di Maroko. Satu per satu peserta dipanggil secara alfabetikal untuk masuk ke ruangan dan mengikuti ujiannya. 


Penasihat Ekonomi dan Kebudayaan Kedutaan Besar Kerajaan Maroko untuk Indonesia Chaymae Khebouiz datang langsung ke lokasi sebagai pengawas dari keberlangsungan ujian muqabalah itu. 


"Total peserta yang saat ini mengikuti ujian ada 35 anak. Itu sudah dianggap lolos secara berkas yang dianggap bisa mengikuti ujian," ucap Muhammad Iqbal, tim seleksi dari Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU kepada NU Online


Sebelumnya, kata Iqbal, ada 40 santri yang telah mengikuti program inkubasi di Pesantren Krapyak, Yogyakarta, selama satu bulan (Juli-Agustus 2023). Tetapi kemudian ada beberapa santri yang terkendala usia melebihi 25 tahun sehingga tidak bisa mengikuti seleksi. 


Walhasil, tersisa 35 santri yang mengikuti ujian muqabalah di Gedung PBNU. Mereka diuji dengan beberapa materi keagamaan dan bahasa. 


"Materi dasarnya itu bahasa Arab, Inggris, Prancis. Kemudian ilmu-ilmu agama, tentu dari tafsir, ushul fiqih, fiqih, hadits itu diujikan. Sampai pengetahuan umum dasar pun diujikan," tutur Iqbal. 


Ia mengatakan, suasana ujian muqabalah uji terlihat cukup tegang. Sebab para santri langsung berhadapan dengan pengawas dari Kedubes Maroko yang datang langsung.  Ada pula pengawas yang memantau secara virtual dari Maroko. 


"Ini memang tes melalui online. Zoom dan segala teknis itu diatur oleh kedutaan. Kita hanya menyediakan tempat. Semua teknis secara proses ujiannya itu semua yang mempersiapkan adalah Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Islam yang ada di Maroko," tutur Iqbal. 


Saat ditanya akan ada berapa santri yang lolos untuk mengikuti tahap berikutnya, Iqbal mengaku bahwa PBNU akan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak penguji dari Kerajaan Maroko. 


"Ini karena menjadi salah satu proses yang awal, ujian di sini, maka kita serahkan ke pihak penguji, dari 35 (santri)itu yang layak berapa, kita menyerahkan, mungkin di angka 20 atau bisa lebih yang akan diterima," katanya. 


Sejarah Baru di PBNU

Menurut Iqbal, tes penerimaan beasiswa yang digelar di Gedung PBNU ini merupakan sejarah baru. Sebab selama ini ujian muqabalah itu dilaksanakan di Maroko. 


"Alhamdulillah hari ini sejarah baru di PBNU bahwa muqabalah beasiswa santri ke Maroko di bawah naungan Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Islam Kerajaan Maroko yang selama ini diadakan di Maroko, saat ini diadakan secara online di Gedung PBNU," katanya. 


Mewakili tim seleksi RMI PBNU, Iqbal berharap para kader NU yang kelak akan dikirim ke Maroko ini akan menjadi ulama besar di kemudian hari. Sebab melalui program beasiswa ini, RMI PBNU bertujuan untuk dapat mencetak para kader ulama yang bisa berkhidmah di masyarakat dengan ilmunya. 


"Tentu dengan pemahaman akidah Ahlussunnah wal Jamaah yang kuat. Karena Maroko dan Indonesia secara akidah dan secara budaya memiliki kesamaan, menjunjung tinggi Ahlussunnah wal Jamaah, dan sebagai sebuah negara yang berkomitmen dengan Islam rahmatan lil 'alamin. Mudah-mudahan ini menjadi jalan khidmah RMI bagi generasi kader NU di masa yang akan datang," harapnya. 


Sementara itu, salah seorang peserta calon penerima beasiswa PBNU-Maroko 2023 Abdul Hayyi mengaku bahwa tujuannya mengikuti program beasiswa ini adalah untuk membanggakan dan mengangkat derajat kedua orang tuanya.


"Tujuan utama saya ikut program ini adalah membanggakan orang tua, mengangkat nama orang tua," ucap Abdul Hayyi, santri asal Sumenep, Jawa Timur.