Alissa Wahid Tegaskan Warisan Pemikiran Gus Dur Lebih Penting dari Sekadar Nama
Jumat, 14 Februari 2025 | 07:00 WIB

Alissa Wahid dalam Peringatan Haul Ke-15 Gus Dur di UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan, Jawa Tengah, pada Kamis (13/2/2025). (Foto: tangkapan layar Youtube UIN Gus Dur)
Muhammad Asrofi
Kontributor
Pekalongan, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid berbagi refleksi mendalam tentang sosok Gus Dur dalam acara Panggung Budaya Haul Ke-15 Gus Dur di Universitas Islam Negeri (UIN) KH Abdurrahman Wahid Pekalongan, Jawa Tengah, pada Kamis (13/2/2025).
Pada kesempatan itu, Alissa menegaskan bahwa warisan pemikiran Gus Dur yang tetap hidup lebih penting dari sekadar namanya.
"Terima kasih, UIN ini tidak hanya namanya saja, tapi berupaya ekstra untuk menghidupkan nilai-nilai di balik nama tersebut," ujar Alissa Wahid dikutip dari Youtube UIN Gus Dur.
Alissa Wahid mengungkapkan bahwa keluarga sempat berhati-hati saat banyak institusi meminta izin untuk menggunakan nama Gus Dur.
"Kami deg-degan sekali waktu diminta. Nama Gus Dur banyak diminta untuk sekolah, pondok, masjid, universitas, dan gedung pertemuan. Tapi kami hati-hati. Kenapa? Karena bagi kami yang dicari bukanlah ketenaran. Apalah artinya nama itu disematkan pada sebuah bangunan kalau justru sosoknya tidak hidup di dalamnya," ujar Alissa Wahid.
Baginya, penghargaan sejati bukan pada nama, tetapi pada pemikiran dan tindakan Gus Dur agar terus dikembangkan.
"Kami tidak ingin ketenaran semata-mata. Penghargaan yang sejati adalah ketika pemikiran, pandangan, dan tindakan beliau dikembangkan, bukan untuk beliau, tetapi untuk kepentingan kita sendiri saat ini," tambah Alissa Wahid.
Ia juga menegaskan bahwa bagi keluarga, hal yang lebih penting adalah Gus Dur tetap hidup di hati rakyat.
"Bagi kami, tidak terlalu penting apakah Gus Dur menjadi pahlawan nasional atau tidak. Yang paling penting, Gus Dur menjadi pahlawan di hati rakyat," tegasnya.
Alissa Wahid mengapresiasi perkembangan UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan, terutama dengan peluncuran Gus Dur Center Humanitarian Studies.
"Alhamdulillah, UIN Gus Dur Pekalongan menunjukkan perkembangan yang sangat baik, termasuk Gus Dur Center Humanitarian Studies yang malam ini diluncurkan. Tadi saya masuk ke kampus ini, wow keren sekali kampusnya!" ujar Alissa Wahid.
Ia lantas berbagi kisah saat dirinya bingung memilih perguruan tinggi.
"Saya matur ke almarhum Gus Dur, 'Pak, aku bingung. Saya itu pingin banget masuk UI, UI itu kampus nomor satu. Tapi saya pinginnya kuliah di Jogja, Pak, soalnya Bapak dulu mondoknya di Jogja, Ibu juga kuliahnya di UIN Sunan Kalijaga. Gimana ya, Pak? Pingin tinggalnya di Jogja tapi sekolahnya di UI, soalnya UGM ki ndeso, Pak.' Kampusnya jelek dibandingkan UI yang baru pindah ke Depok waktu itu, jadi masih wah gitu," kenangnya.
Gus Dur pun menjawabnya dengan bijak, "Sekolah e apik nak wong e elek yo dadine elek. Sekolah e elek nak wonge apik yo dadine apik."
Jawaban itu membuatnya menyadari bahwa yang menentukan kualitas pendidikan bukan hanya bangunan fisik, tetapi juga penghuninya.
"Akhirnya saya memutuskan kuliah di UGM. Saya sadar bahwa bagus atau tidaknya bukan ditentukan dari fisiknya, tetapi dari kualitas pendidikannya. Kalau sekolahnya bagus, tapi orangnya jelek, hasilnya juga jelek," kata Alissa.
"Saya sadar bahwa bagus atau tidaknya pendidikan bukan ditentukan dari fisiknya, tetapi dari kualitas pendidikannya," jelas Alissa Wahid.
Ia berpesan kepada mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan agar memanfaatkan kesempatan belajar dengan baik.
"Teman-teman sudah berada di sekolah yang bagus. Yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkannya. Jangan lupa, banyak anak muda lain yang tidak punya akses ke perguruan tinggi," ujar Alissa Wahid.
"Semuanya terpulang kepada teman teman sendiri, apakah teman-teman bisa memanfaatkan kesempatan berada disini? Jangan lupa teman-teman berada di sini ada jutaan anak muda lainnya yang tidak punya akses ke perguruan tinggi," ujarnya di hadapan mahasiswa UIN Gus Dur Pekalongan.
Menurut Alissa Wahid, acara peringatan Haul Gus Dur bukan sekadar ajang untuk memuji-muji.
"Saya berpikir, apa baiknya saya bicara kegagalan Gus Dur saja ya? Karena yang mengkhawatirkan adalah ketika kita hanya mengindah-indahkan, padahal di balik itu ada banyak kegagalan dan kelemahan," ungkapnya.
Ia juga membagikan kisah unik tentang ibunya, Sinta Nuriyah, yang menerima pinangan Gus Dur dengan alasan sederhana.
"Waktu itu Gus Dur bosan belajar di Al-Azhar. Kerjaannya nonton bioskop dan pergi ke perpustakaan. Bagian ini jangan dicontoh ya," ujar Alissa Wahid sambil bercanda.
Merasa bosan, Gus Dur sempat ingin pindah ke Irak dan akhirnya menemukan ruang pertumbuhan intelektual yang luas di Baghdad.
"Di sana beliau belajar prinsip demokrasi dan membaca banyak buku filsafat, karena Baghdad adalah pusat kejayaan intelektual Islam," tambahnya.
Ibunya pun menulis surat balasan kepada Gus Dur saat dilamar, dengan pesan bermakna, "Aku tahu jenengan gagal dalam studi, karena itu biarlah tidak gagal dalam cinta."
Menutup ceritanya, Alissa Wahid mengajak semua orang untuk belajar dari sosok Gus Dur.
"Kita bisa mempelajari rekam jejaknya, karakternya yang humoris, dan proses beliau menjadi seorang Gus Dur. Yang menghidupkan beliau adalah nilai-nilai yang diyakininya, terutama ketauhidan dan keyakinannya sebagai hamba Allah untuk mewujudkan Islam rahmatan lil alamin," jelasnya.
Ia mengingatkan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya untuk kaum Muslim saja.
"Kalau kita berangkat dari sana, sungguh sangat mudah membaca seorang Gus Dur," pungkas Alissa Wahid.
Terpopuler
1
Alasan NU Tidak Terapkan Kalender Hijriah Global Tunggal
2
Khutbah Jumat: Marhaban Ramadhan, Raih Maghfirah dan Keberkahan
3
Khutbah Jumat: Bersihkan Diri, Jernihkan Hati, Menyambut Bulan Suci
4
Khutbah Jumat: Kepedulian Sosial Sebagai Bekal Menyambut Ramadhan
5
Khutbah Jumat: Sambut Ramadhan dengan Memaafkan dan Menghapus Dendam
6
Reshuffle Perdana Kabinet Merah Putih: Brian Yuliarto Jadi Mendiktisaintek Gantikan Satryo Brodjonegoro
Terkini
Lihat Semua