Antisipasi “Kesaksian Pesanan”, Hilal Perlu Direkam
Kamis, 9 Juli 2015 | 05:01 WIB
Bandung, NU Online
Berdasarkan data hisab Lajnah Falakiyah PBNU, posisi hilal pada saat dilakukan rukyat pada 29 Ramadhan 1436 H bertepatan dengan tanggal 16 Juli 2015 sangat tipis, hanya 3 derajat dan diperkirakan berada di atas ufuk hanya 13 menit 25 detik, sehingga sangat sulit dilihat.<>
Wakil Ketua Lajnah Falakiyah PBNU Hendro Setyanto menyarankan para perukyat dapat merekam hilal untuk memperkuat kesaksian, jika hilal dinyatakan dapat terlihat.
“Sudah selayaknya sekira dalam kegiatan rukyat hilal dipersyaratkan adanya bukti rekaman hilal. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mempersulit adanya kesaksian hilal melainkan untuk menghindari adanya kekeliruan dalam mengenali hilal,” katanya dihubungi NU Online di Bandung, Rabu (97).
“Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dalam pergerakan benda langit manusia mulai dapat melokalisir tempat terlihatnya hilal sehingga hilal semakin mudah dilihat. Dengan menggunakan teleskop optic, hilal dengan ketinggian 5 - 7 derajat dapat dikenali ketika matahari tenggelam,” katanya.
Namun pada penetapan Idul Fitri tahun 1436 kali ini posisi hilal baru 3 derajat. Dikatakannya, saat ini sering muncul nada satir akan adanya kesaksian hilal dengan ketinggian di bawah 5 derajat. Hal ini karena para perukyat sendiri sudah menyadari betapa sulitnya melihat hilal yang berketinggian 10 derajat sekalipun. Perlu menunggu 5-10 menit untuk dapat mengenali hilal tersebut.
“Disamping itu istilah kesaksian pesanan juga sering mengemuka. Semoga hal tersebut sekedar rumor semata karena jika hilal pesanan tersebut merupakan kenyataan hal tersebut disamping sebuah kebohongan juga akan semakin menjauhkan rasa percaya masyarakat kepada pemangku pemerintahan,” katanya.
Ia berharap, mereka yang mengaku melihat hilal hendaknya berkenan untuk dikonfirmasi oleh masyarakat, terutama para ahli di bidang hisab dan rukyat.
“Dengan pelaksanaan rukyat yang semakin baik dan berkualitas diharapkan dapat segera dicapai kesepakatan bersama akan adanya kriteria tunggal bagi penanggalan hijriyah nasional,” ujarnya.
Sebelumnya Lajnah Falakiyah mengimbau masyarakat menunggu hasil rukyatul hilal atau pengamatan bulan sabit yang dilakukan pada tanggal 29 Ramadhan atau tanggal 16 Juli 2015 besok.
Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH Ghazalie Masroeri menegaskan, penetapan Idul Fitri dilakukan dengan dua cara sekaligus, yakni hisab dan rukyat. Berdasarkan hasil hisab Lajnah Falakiyah hilal masih sangat rendah 3 derajat.
“Jika tanggal 29 itu hilal sudah terlihat, maka berarti besoknya atau bertepatan dengan tanggal 17 Juli sudah Idul Fitri. Tapi jika tidak terlihat maka kita istiqmal-kan puasanya menjadi 30 sehingga tanggal 1 Syawal bertepatan dengan 18 Juli,” kata Kiai Ghazalie dalam konferensi pers terkait penetapan Idul Fitri di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (2/7) lalu. (A. Khoirul Anam)
Terpopuler
1
Gara-gara Dirut Pertamina Oplos Pertalite Jadi Pertamax, Bagaimana Dampaknya bagi Mesin Kendaraan?
2
Amal Baik Sebelum Puasa: Saling Memaafkan dan Bahagia Menyambut Ramadhan
3
Melihat Lebih Dalam Kriteria Hilal NU dan Muhammadiyah
4
Potensi Perbedaan Awal Ramadhan 1446 H
5
Didampingi SBY-Jokowi, Presiden Prabowo Luncurkan Badan Pengelola Investasi Danantara
6
Doa Awal Ramadhan yang Diajarkan Rasulullah
Terkini
Lihat Semua