Apakah pada Malam Nisfu Sya'ban Terdapat Pencatatan Takdir Manusia?
Kamis, 13 Februari 2025 | 16:15 WIB
Afrilia Tristara
Kontributor
Jakarta, NU Online
Umat muslim di Indonesia memiliki tradisi turun-temurun dalam memperingati malam nisfu Sya’ban. Berbagai amaliah dilaksanakan untuk memperingatinya seperti dengan membaca Al-Qur’an, beristighotsah, berdoa bersama, dan mengadakan tasyakuran dengan tetangga.
Baca Juga
Begini Cara Peringati Malam Nisfu Syaban
Selain mengharap berkah dan pahala dari kemuliaan bulan Sya’ban, secara luas diyakini pada malam nisfu Sya’ban, Allah mencatat segala takdir dan ketetapan untuk tahun tersebut, seperti urusan rezeki, usia, prestasi, dan jodoh. Oleh karena itu, memperbanyak doa dan ibadah pada malam ini sangat dianjurkan.
Ustadz Muhammad Iqbal Syauqi dalam artikelnya di NU Online menyampaikan bahwa dalam doa Nisfu Sya’ban, para ulama menganjutkan umat Islam untuk memohon agar dijauhkan dari takdir buruk dan digantikan dengan takdir yang lebih baik. Takdir yang telah dicatat juga dimohonkan agar mendapat rahmat dan berkah untuk tahun tersebut.
Beberapa ulama, seperti Syeikh Muhammad Alwi Al-Maliki dalam kitabnya Madza fi Sya’ban, menyebutkan bahwa pada malam Nisfu Sya’ban, segala takdir dicatat dan ditetapkan. Meskipun beberapa hadis yang menjadi dasar lemah (dhaif), tetapi hal ini dapat dijadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan semangat ibadah.
Salah satu dalil yang digunakan sebagai dasar dari pendapat tersebut adalah firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ad-Dukhan ayat 3-4 berikut.
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. Sesungguhnya Kami adalah pemberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.”
Beberapa mufassir, seperti Ikrimah dan Al-Qurthubi, menafsirkan bahwa “malam yang diberkahi” dalam ayat ini merujuk pada malam Nisfu Sya’ban, sebagaimana ditulis Ustadz Iqbal Syauqi.
Namun, ia juga mencantumkan pendapat lain di kalangan ulama, yakni jumhur ulama berpendapat bahwa “malam yang diberkahi” merujuk pada malam Lailatul Qadar, bukan nisfu Sya’ban.
Sayyid Muhammad menjelaskan bahwa penafsiran ayat ini didasarkan pada metode tarjih (mengunggulkan satu riwayat atas yang lain). Hal tersebut, menurutnya, tidak serta-merta menyatakan yang menyebut malam itu malam nisfu Sya'ban adalah pendapat yang salah.
Namun, jika menggunakan metode jam’ur riwayat (mengumpulkan berbagai riwayat), maka pendapat bahwa takdir dicatat pada malam Nisfu Sya’ban bisa diterima.
Menegaskannya, Sayyid Muhammad mengutip riwayat dari Abu Dluha, dari Ibnu Abbas, yang menyatakan bahwa Allah menetapkan putusan dan takdir pada malam nisfu Sya’ban dan menyerahkannya kepada para pengampunya pada malam Lailatul Qadar.
Lebih lanjut, mengutip Sayyid Muhammad, Ustadz Iqbal juga menyampaikan bahwa Allah menetapkan takdir di Lauh Mahfuzh pada malam Nisfu Sya’ban. Kemudian pada malam Lailatul Qadar, Dia mengutus para malaikat untuk melaksanakan tugas-tugas terkait takdir tersebut, seperti mencatat umur dan rezeki seseorang.
Selain itu, Al-Khatib Al-Baghdadi dalam kitab Tarikh-nya meriwayatkan dari Aisyah ra bahwa Nabi Muhammad saw sering berpuasa di bulan Sya’ban. Ketika Aisyah bertanya mengapa beliau begitu gemar berpuasa di bulan ini, Nabi menjawab keinginannya dicatat takdirnya dalam kondisi beribadah.
“Sesungguhnya tiada seseorang meninggal pada tahun tersebut kecuali telah ditetapkan umurnya pada bulan Sya’ban. Aku ingin ketika dicatat takdirku, aku berada dalam keadaan beribadah dan beramal saleh,” demikian Ustadz Iqbal menerjemahkan jawaban Nabi Muhammad saw.
Setiap manusia tentu mengharapkan ketetapan terbaik dari Allah. Oleh karena itu, upaya mempertebal keimanan bahwa segala takdir dan ketetapan hidup semata-mata adalah kuasa Allah, sambil senantiasa bermunajat kepada-Nya agar diberikan catatan takdir yang penuh kemuliaan dunia dan akhirat.
Terpopuler
1
Alasan NU Tidak Terapkan Kalender Hijriah Global Tunggal
2
Khutbah Jumat: Marhaban Ramadhan, Raih Maghfirah dan Keberkahan
3
Khutbah Jumat: Bersihkan Diri, Jernihkan Hati, Menyambut Bulan Suci
4
Khutbah Jumat: Kepedulian Sosial Sebagai Bekal Menyambut Ramadhan
5
Khutbah Jumat: Sambut Ramadhan dengan Memaafkan dan Menghapus Dendam
6
Reshuffle Perdana Kabinet Merah Putih: Brian Yuliarto Jadi Mendiktisaintek Gantikan Satryo Brodjonegoro
Terkini
Lihat Semua