Nasional

Basarnas: 33 Ribu Warga Terdampak Banjir Sumatra, 447 Meninggal dan 399 Masih Hilang

NU Online  ·  Senin, 1 Desember 2025 | 18:02 WIB

Basarnas: 33 Ribu Warga Terdampak Banjir Sumatra, 447 Meninggal dan 399 Masih Hilang

Banjir bandang menyapu bangunan dan material apapun di Sumatra Barat. (Foto: dokumen Institut Teknologi Padang)

Jakarta, NU Online

Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Marsekal Madya TNI Mohammad Syafi’i menyampaikan laporan secara lengkap mengenai skala bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.


Syafi’i mengeklaim bahwa seluruh bencana kejadian banjir di tiga provinsi itu dipicu oleh fenomena hidrometeorologi ekstrem yang menyebabkan kerusakan besar, ribuan warga mengungsi, serta banyak korban ditemukan dalam kondisi meninggal.


“Dari tiga provinsi yang kami sampaikan ini sebenarnya penyebabnya sama, yaitu adanya bencana hidrometeorologi yang terjadi sehingga menyebabkan tiga wilayah ini mengalami dampak yang khusus atau luar biasa,” ucapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi V DPR RI, Senin (1/12/2025) dikutip NU Online melalui TVR Parlemen.


Berdasarkan data Basarnas, total warga terdampak mencapai 33.620 jiwa. Dari jumlah tersebut, 447 korban telah ditemukan meninggal dunia, sementara 399 orang lainnya masih dinyatakan hilang dan terus dicari oleh petugas gabungan.


“Di mana dari jumlah yang terdampak, kami telah mengevakuasi 447 jiwa dalam kondisi meninggal, dan yang terlaporkan masih dalam pencarian 399 jiwa,” paparnya.


Di sisi lain, operasi penyelamatan juga berhasil mengevakuasi 33.173 warga dalam kondisi selamat, sebuah capaian yang disebut sebagai hasil kerja bersama berbagai unsur.


Syafi’i juga melaporkan bahwa total warga yang dievakuasi secara nasional berjumlah 1.146 orang, terdiri dari 102 korban meninggal dan 1.044 orang selamat. Masih terdapat 116 orang yang belum ditemukan.


“Kemudian untuk korban yang selamat 1.044 ini merupakan gabungan dari yang terlaporkan yang terdata di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),” jelasnya.


Basarnas mencatat bahwa lebih dari seribu warga terdampak di Aceh. Banyak evakuasi dilakukan dari wilayah yang sulit diakses seperti Kecamatan Mane dan Geumpang di Kabupaten Pidie, serta Seulimeum di Aceh Besar. Evakuasi dilakukan melalui berbagai jalur, mulai dari darat, aliran sungai, hingga udara.


Dalam operasi di Aceh, Basarnas mengevakuasi 1.146 warga, di mana 102 orang meninggal dunia dan 116 orang masih hilang. Sebanyak 165 personel SAR dikerahkan untuk memperkuat Kantor SAR Banda Aceh.


Sumatra Utara menjadi wilayah dengan kondisi darurat paling luas. Total 3.029 warga telah dievakuasi, dengan 217 korban meninggal dan 168 lainnya masih hilang.


Evakuasi terbesar berlangsung di Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan, termasuk penyelamatan ratusan warga menggunakan helikopter. Operasi juga melibatkan kapal, drone, perahu karet, dan lebih dari 5.000 personel potensi SAR.


Sumatra Barat mencatat jumlah terdampak terbesar dibanding dua provinsi lainnya. Total 29.445 warga terdampak banjir bandang dan tanah longsor. Basarnas mengevakuasi 128 korban meninggal, sementara 115 warga masih belum ditemukan.


Wilayah dengan kerusakan paling parah berada di Kabupaten Agam dan Pasaman Barat, di mana banyak permukiman mengalami kehancuran dan beberapa desa menjadi terisolasi. Operasi penyelamatan difokuskan pada membuka akses menuju titik-titik pencarian di daerah longsor besar.


“Lanjut kami sampaikan untuk yang ada di wilayah Sumatra Barat, yaitu di bawah koordinator SAR Mission Coordinator atau SMC dari Padang. Jumlah warga yang terdampak ada 29.445. Di mana kami telah mengevakuasi 128 dalam kondisi meninggal dan dilaporkan 115 masih belum ditemukan,” ujarnya.


Syafi’i mengungkapkan bahwa pihaknya berhasil mengevakuasi dalam jumlah besar berkat bantuan dan dukungan personel SAR yang diturunkan sejak hari pertama bencana.


“Keberhasilan evakuasi selamat ini tidak lepas dari peran potensi SAR yang mencapai lebih dari 5.000 personel di Sumatra Utara dan ratusan di Aceh serta Sumatra Barat sejak operasi SAR dimulai 25 November,” katanya.


Ia menegaskan bahwa operasi akan terus diperpanjang mengingat masih adanya laporan warga hilang di sejumlah kabupaten.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang