Nasional 10 TAHUN NU ONLINE

Budaya Sekularitas Yang Rentan

Kamis, 28 Maret 2013 | 23:00 WIB

Jakarta, NU Online
Budaya sekularitas yang menggejala di masyarakat Indonesia selama satu dasawarsa terakhir, menempatkan masyarakat dalam keadaan rentan. Mereka mudah terserang aneka bentuk penyakit sosial.

<>

Demikian dikatakan oleh Wakil Ketua PWNU Yogyakarta M Jadul Maula pada pidato kebudayaan dalam rangka memperingati 10 tahun NU Online di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (28/3) malam.

Saat menyampaikan pidato kebudayaannya, Jadul Maula mengenakan baju surjan khas Jawa berwarna merah menggelap.

“Gejala-gejala penyakit sosial yang mewakili cara berpikir, tumbuh dengan subur karena rapuhnya ikatan masyarakat belakangan dengan nilai-nilai keindonesiaan,” ungkap M Jadul Maula.

M Jadul Maula menunjuk contoh patologi sosial pada kecenderungan orang di Indonesia dalam menghadapi persoalan dengan kekerasan, pembunuhan, dan kecenderungan destruktif lainnya. Suami dapat membunuh istri karena persoalan sepele. Anak membunuh orang tuanya hanya karena permasalahan yang tidak masuk di akal.

Kecenderungan nalar destruktif, lanjut Jadul Maula, tidak hanya menjadi fenomena di kalangan masyarakat bawah. Cara berpikir seperti itu juga mewarnai pemikiran masyarakat kelas menengah dan atas. Dalam kondisi keterbatasan berkontestasi, mereka tanpa segan menyingkirkan posisi dan membunuh karakter pribadi atau kelompok lain.

Dengan mengutip akhir Surat Kepercayaan yang diterbitkan Asrul Sani dalam majalah Gelanggang, Desember 1966, Jadul menegaskan bahwa harga diri manusia dibanderol dalam hubungan mereka dengan Allah dan makhluk sesamanya.

Dengan mengakui entitas Allah dan makhluk sesamanya, harkat manusia akan terangkat dalam mengisi kehidupan sosial. Ketajaman akal budi, kepekaan atas penderitaan orang lain, dan solidaritas sosial akan lahir dari eratnya hubungan emosional mereka dengan Allah dan makhluk-Nya.

Pidato kebudayaan ini dihadiri oleh sedikitnya 200 hadirin. Mereka terdiri dari pelbagai kalangan mulai dari para sineas, sastrawan, pelukis, politikus, mahasiswa, dan lain-lain. Sejumlah jajaran PBNU tampak hadir antara lain Ketua PBNU Maksum Mahfudz. Sedangkan dari kalangan penggiat seni tampak hadir sineas Selamet Rahardjo, penyair kiai D Zawawi Imron, novelis Ahmad Tohari, aktor Alex Komang, violinis muda berbakat Sagaf Faozata Adzkiya, dan lain-lain.

Penulis: Alhafiz Kurniawan