Nasional

Cek Cuaca Sebelum Keluar Rumah, LPBINU: Bisa Cegah Risiko Bencana dan Kecelakaan

NU Online  ·  Sabtu, 4 Oktober 2025 | 14:00 WIB

Cek Cuaca Sebelum Keluar Rumah, LPBINU: Bisa Cegah Risiko Bencana dan Kecelakaan

Ilustrasi bencana alam dan cuaca ekstrem. (Foto: Freepik)

Jakarta, NU Online

Anggota Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) Syamsul Arifin menegaskan pentingnya kebiasaan mengecek informasi cuaca setiap hari sebelum ke luar rumah, seperti berangkat ke sekolah ataupun tempat kerja.


Menurutnya, dengan mengetahui kondisi cuaca, masyarakat bisa mengantisipasi potensi hujan deras dan angin kencang yang dapat menimbulkan bencana banjir, pohon tumbang, maupun terjebak macet perjalanan.


“Paling tidak mereka sudah punya antisipasi akan melewat jalur mana yang kira-kira aman untuk dilalui kendaraan. Sehingga potensi-potensi banjir, pohon tumbang yang beresiko kecelakaan itu akan terhindar,” katanya kepada NU Online pada Sabtu (4/10/2025).


“Sederhananya ya paling tidak kita sedia payung sebelum hujan. Artinya kita bisa mengatur jadwal aktivitas kita ketika curah hujan atau potensi angin puting beliung, banjir, atau apapun bisa di mitigasi sebelum terjebak,” sambungnya.


Syamsul juga menyarankan masyarakat untuk memanfaatkan informasi resmi yang telah disediakan pemerintah, seperti dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).


“Mari kita biasakan untuk mengecek perkiraan cuaca dari BMKG atau sumber resmi lainnya, dengan langkah-langkah ini kita bisa lebih siap nanti menghadapi hujan, panas, maupun angin kencang,” tegasnya.


“Mari kita jadikan cek cuaca ini sebagai kebiasaan sehari-hari untuk untuk keselamatan dan kenyamanan kita bersama dan keluarga di rumah,” lanjut Syamsul.


Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa saat ini Indonesia sedang memasuki masa peralihan musim yang rawan memunculkan cuaca ekstrem.


Ia mengatakan bahwa puncak musim hujan akan terjadi pada November hingga Desember 2025 di sebagian besar wilayah Sumatra dan Kalimantan, sedangkan di wilayah Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua diperkirakan mencapai puncaknya pada Januari hingga Februari 2026.


“Dikhawatirkan dan sangat mungkin potensi kejadian bencana itu akan hampir sepanjang bulan. Jadi kami mohon agar masyarakat dan pemerintah daerah serta pihak terkait terus memonitor perkembangan informasi cuaca dan peringatan dini yang disampaikan BMKG melalui berbagai kanal juga melalui aplikasi,” ujarnya lewat instagram BMKG yang diakses NU Online pada Sabtu (4/10/2025).


Dwikorita menegaskan bahwa peringatan dini tidak hanya untuk dibaca, tetapi juga harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata. “Minimal meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat yang berada di daerah rawan,” katanya.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang