Cerita Pemakaman Muslim di Jepang, Sempat Ditolak karena Dianggap Mencemari Lingkungan
Kamis, 13 Maret 2025 | 16:45 WIB
Salah satu hal krusial di Jepang adalah soal area pemakaman Muslim. Bagi diaspora Muslim, mereka yang meninggal di Jepang, akan dimakamkan di mana? Dipulangkan ke Indonesia atau dikebumikan di Jepang? Memang, soal menguburkan mayat bukan hal yang mudah bagi Muslim di Jepang.
"Apalagi bagi orang Jepang yang memiliki pandangan bahwa menguburkan mayat di tanah hanya akan mencemari lingkungan, tanah dan air," kata H Tarmizi, Direktur Masjid Mihara Prefektur Hiroshima Jepang.
Orang Jepang sendiri memiliki pandangan bahwa orang mati harus dibakar. Proses pembakaran mayat di negeri Sakura ini kini sudah canggih. Tinggal menunggu beberapa jam sudah menjadi abu. Abunya yang kemudian diambil dan dibawa ke rumah, satu makam untuk satu keluarga.
"Nisan mereka ambil dan lalu ditaruh abu di bawahnya," kata Pak Dani, salah seorang pendiri Masjid NU at Taqwa Koga Prefektur Ibaraki.
Sama dengan negara minoritas lain, pemakaman Muslim di Jepang mengalami kesulitan. Namun demikian, setidaknya ada enam makam Muslim di Jepang. Yaitu Mihara Shi - Hiroshima Ken, Ibaraki Ken, Wakayama Ken, Shizuoka Ken, Yamanashi Ken, Kyoto Fu dan sebagainya. Sebagian makam adalah milik Indonesia-Pakistan.
Keberadaan makam Muslim akan menghilangkan satu poin Fikih Minoritas. Kalau sudah ada makam Muslim, berarti seorang Muslim harus dikubur di makam ini.
Dengan demikian, jika ada pemakaman Muslim, maka tidak ada lagi rukhsah (dispensasi) untuk makam campur dengan mayat non-Muslim. Meski dimakamkan di kuburan Muslim, harus mengeluarkan biaya makam yang besar.
"Karena dikubur 2 meter, harus pakai terpal, maka harus pakai beko. Biayanya bisa 150.000 yen atau 15 juta rupiah," kata Tarmizi.
Sementara itu, pemakaman Muslim Indonesia di Ibarakiken --Propinsi lain di Jepang---mencapai 17 juta rupiah. Galian kuburnya sama, dua meter dalamnya.
"Ini hanya biaya ganti tanah. Kalau proses perawatan jenazah gratis, " kata Pak Dani yang sudah puluhan tahun di Jepang.
Bagi yang dikembalikan ke Indonesia, juga memakan biaya tidak sedikit. Sekitar satu juta yen hingga 1,2 juta yen atau setara dengan 100 - 120 juta rupiah. Tentu biaya yang tidak murah.
"Pengiriman paling cepat satu minggu dengan biaya segitu. Bagi yang tidak punya, biasanya menunggu iuran," kata Tarmizi yang bekerja di perusahaan kapal di Mihara Jepang.
Tak heran jika urusan mati di negeri Sakura harus dipersiapkan jauh hari. Masjid Mihara misalnya membuat STM, Sarekat Tolong Menolong dan menarik iuran 1.000 yen/ keluarga tiap bulan untuk keperluan membantu yang meninggal. Kini terkumpul uang 2 juta yen.
Bagi anggota yang meninggal akan mendapat santunan 150.000 yen untuk membantu kematian tersebut sehingga tidak memberatkan jamaah jika ada yang meninggal dunia.
M. Noor Harisudin, Direktur World Moslem Studies Center dan Dai Internasional Jepang Tahun 2025
Terpopuler
1
Presiden Prabowo Tanda Tangani PP Nomor 11 2025 tentang Pencairan THR dan Gaji Ke-13 ASN
2
Masih Dibuka, 10 Program Mudik Gratis Lebaran Idul Fitri 2025
3
Khutbah Jumat: Ini Amal dengan Pahala Terbaik bagi Orang Puasa Ramadhan
4
Penangkapan KH Zainal Musthafa, Ansor Ciamis, dan Hak Interpelasi Oto Iskandar di Nata
5
Lamine Yamal, Sepak Bola, dan Puasa Ramadhan
6
Kultum Ramadhan: Pentingnya Mengendalikan Amarah
Terkini
Lihat Semua