Dirjen Dikti: Kurikulum dan Dunia Kerja seperti Tom & Jerry
Kamis, 9 Maret 2023 | 18:30 WIB
Direktur Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Prof Nizam dalam Forum Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) di Santika Dyandra Hotel and Convention Medan, Sumatra Utara, Rabu (8/3/2023). (Foto: NU Online/Syakir)
Muhammad Syakir NF
Penulis
Medan, NU Online
Kurikulum dan dunia kerja terus berkejar-kejaran imbas dari perubahan kurikulum lima tahun sekali. Perubahan ini mengikuti evaluasi dari lulusan yang telah bekerja dan melanjutkan studinya. Perbaikan yang ada, baru tampak di lima tahun berikutnya dan terus berputar-putar tiada henti. Tak pelak, dua hal itu seperti Tom & Jerry, serial kartun kucing dan hewan yang menceritakan kejar-kejaran keduanya.
Hal tersebut disampaikan Prof Nizam, Direktur Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), dalam Forum Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) di Santika Dyandra Hotel and Convention Medan, Sumatra Utara, Rabu (8/3/2023).
Baca Juga
Kurikulum Merdeka, Apakah Solusi?
“Kita selalu tertinggal paling tidak 10 tahun dari dunia kerja yang akan dimasuki oleh lulusan kita. Seperti Tom & Jerry, kejar-kejaran gak pernah tertangkap,” ujar Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Tiap lima tahun itu, lembaga pelayanan pendidikan terus memperbaharui kurikulumnya dan menanyakan perihal kekurangan lulusannya kepada industri yang menyerapnya.
Oleh karena itu, Nizam menegaskan agar seluruh sivitas akademika dapat memberanikan diri untuk berubah. Kemendikbudristek berupaya melalui program Kampus Merdeka, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat menggali pengalaman belajar di luar program studinya dan pengalaman bekerja secara langsung di dunia yang dikehendakinya.
Kemendikbudristek memberikan kesempatan mahasiswa untuk dapat belajar selama satu semester di luar bidang yang digelutinya. Misalnya, mahasiswa pada bidang sains atau Teknik dapat mengambil studi sosial, seperti sosiologi, komunikasi, ekonomi, ataupun ilmu politik. Pun sebaliknya, mahasiswa yang mengambil jurusan sosial dapat mengambil studi semester pada bidang teknologi, sains, ataupun Teknik.
Sementara dua semester lainnya, mahasiswa dapat keluar dari kampus untuk mengambil pengalaman secara langsung dalam dunia kehidupan yang sesungguhnya, baik bekerja, pengabdian ke masyarakat, atau lainnya.
“Intinya, kita menyiapkan lulusan yang berubah bersama dengan dunia kerja yang berubah,” ujar sosok yang menamatkan studi master dan doktornya di Imperial College of Science and Technology University of London itu.
Dalam dua tahun terakhir, sudah ada 420 ribu mahasiswa yang mengikuti program tersebut. Menurutnya, ada akademisi yang mengkritisi program tersebut karena seolah-olah memvokasikan perguruan tinggi. Padahal, mengutip Albert Einstein, ia menyampaikan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman.
“Apa yang kita ajarkan itu hanya informasi. Itu bukan pengetahuan. Itu informasi yang diberikan kepada manusia. Knowledge (pengetahuan) sesungguhnya dari pengalaman,” katanya.
Hal tersebut, kata Nizam, bisa dirasakan setelah lulus. Sebab, dengan begitu, mahasiswa dapat langsung mengetahui permasalahan konkret di wilayah ekonomi, pasar, masyarakat, dan dunia yang sesungguhnya.
“Lulusan tidak akan ragu ketika masuk dunia kerja. Akhirnya mencoba-coba satu semester keluar. Kita hindari melalui skema kampus merdeka ini,” katanya.
Kampus Merdeka memiliki sembilan kegiatan, yakni (1) Penelitian, (2) mengajar di sekolah, (3) magang, (4) pertukaran mahasiswa, (5) membangun desa, (6) studi/proyek mandiri, (7) kewirausahaan mahasiswa, (8) proyek kemanusiaan, dan (9) bela negara.
“Ini menjadi jembatan untuk betul-betul siap menghadapi zaman yang betul-betul cepat,” katanya.
Hal tersebut, kata Nizam, seperti pesantren yang memberikan kesempatan para santri untuk memperoleh pengalaman hidup secara langsung.
“Itu kan dilatih hidup. Ilmu kehidupan. Itulah yang kita masukkan pada program Kampus Merdeka, pada struktur kedalaman problem pemikiran yang sesuai profesi yang dicita-citakan mahasiswa,” lanjutnya.
Sebab menurutnya, perguruan tinggi tidak boleh hanya menyediakan ilmu, tetapi juga perlu menyiapkan merancang dan membuka gerbang bagi mahasiswanya untuk memasuki masa depannya.
“Kita menyiapkan betul soft skill, hard skill. Membuka spektrum lulusan beragam. Mahasiswa kita harapkan inti kompetensi dasar. Bisa memperkayanya,” katanya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua