Nasional LITERASI DIGITAL

Empat Hal Pengganggu dalam Membangun Literasi Digital

Selasa, 9 Agustus 2022 | 20:00 WIB

Empat Hal Pengganggu dalam Membangun Literasi Digital

Seminar literasi di Pondok Pesantren Hasyim Asy'ari Tegal, Jawa Tengah, Senin (9/8/2022).

Tegal, NU Online

Dosen Sampoerna University Hatim Ghazali menjelaskan empat pengganggu berliterasi digital yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia serta cara mengatasinya.


Keempat hal tersebut yaitu mis-informasi (informasi keliru, tapi yang menyebarkan percaya itu benar), dis-informasi (informasi keliru, yang nyebarkan tahu salah), mal-informasi (berdasarkan realitas, tapi digunakan untuk merugikan orang lain).


"Nomor empat hoaks, kabar palsu yang direkayasa untuk menutupi atau menghilangkan jejak sebenarnya," jelasnya saat seminar literasi di Pondok Pesantren Hasyim Asy'ari Tegal, Jawa Tengah, Senin (9/8/2022).


Ia menjelaskan, kondisi dunia saat ini mengalami perubahan teknologi, sosial, dan lingkungan yang terjadi secara masif. 


Di bidang teknologi ada kecerdasan buatan, big data, Internet of Think (IoT), kecepatan internet memberikan dampak terhadap semua sektor kehidupan manusia. 


Ini menjadi tantangan dan peluang yang membutuhkan suatu keterampilan/kompetensi baru, salah satunya literasi digital.


"Penting bagi kita paham digitally literate yaitu verifikasi, pahami maksud informasi, jangan mudah menyebarkan, cek fakta dan pahami dampak serta urgensi. Hindari berita hoaks dengan cek situsnya, cek keaslian fotonya," imbuh Ghazali.


Masalah lain, kata Ghazali, kabar hoak dan misinformasi semakin merajalela karena aplikasi akan merekomendasikan konten yang sering dibuka atau sejenisnya ketika seseorang berselancar di internet.


Penggunaan smartphone di Indonesia adalah terbesar ketiga di Asia Pasifik. Media sosial favorit di Indonesia yaitu youtube, ada 113 juta pengguna, facebook ada 111 juta pengguna. Maknanya anak berada di rumah, tapi pikiran dan jiwanya ke mana-mana.


"Semua aktifitas kita di internet ada rekam jejaknya dan bisa dicari. Maka ketika kita sering mengakses ceramah Gus Baha maka yang sering muncul adalah ceramah Gus Baha di halamannya," tegasnya.


Sementara itu, Ustadz Haydar mengingatkan santri untuk mendahulukan etika dalam bermedia sosial. Saring sebelum share agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.


"Meskipun kita punya kebebasan dalam media sosial, bukan berarti kita bebas melakukan apa saja. Harus ingat batasan tertentu agar tidak merugikan orang lain," tandasnya.


Kontributor: Syarif Abdurrahman

Editor: Fathoni Ahmad