Nasional

Fenomena Citayam Fashion Week Minim Panutan dari Sisi Moral

Kamis, 28 Juli 2022 | 08:15 WIB

Fenomena Citayam Fashion Week Minim Panutan dari Sisi Moral

Fenomena Citayam Fashion Week. (Foto: Kompas)

Jakarta, NU Online

Kegiatan Citayam Fashion Week yang sedang digandrungi remaja di kawasan SCBD Dukuh Atas Jakarta Pusat tak henti-hentinya mendapat sorotan publik. Sejumlah pihak pun angkat bicara salah satunya Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang, KH Yusuf Chudlori atau Gus Yusuf.


Gus Yusuf memandang fenomena ini sebagai bentuk perlawanan dari masyarakat terpinggirkan karena mampu mendobrak sebuah peragaan busana yang biasanya dilakukan di catwalk oleh kalangan tertentu.


“Sementara ini yang bisa lenggak-lenggok di catwalk hanya yang glowing, semampai, yang punya pakaian branded. Mereka mampu mendobrak bahwa semua orang punya catwalk sendiri-sendiri, semua orang punya selera fashion sendiri. Itu yang ditunjukkan oleh Jeje dan kawan-kawannya,” kata Gus Yusuf mengisi siaran radio di kanal Youtube pribadinya diakses NU Online, Rabu (27/72022). 


Kendati demikian, ia mengaku prihatin sebab fenomena sosial ini minim panutan dari sisi moral. Misalnya, anak muda yang konsen di fashion atau trend namun menghiraukan hal-hal paling mendasar seperti ibadah shalat. 


“Kemarin ada yang coba wawancarai anak-anak (pakai jilbab) yang ramai di Sudirman. Ketika ditanya ‘Adek, hafal nggak niatnya shalat maghrib, mereka bingung gimana niatnya. Aduh gimana yah,” tutur Gus Yusuf meniru ulang wawancara tersebut. 


Pihaknya juga menyayangkan peragaan busana yang dilakukan oleh anak laki-laki di kawasan SCBD tersebut yang dinilai menyalahi kodrat.


“Laki-laki kemayu sekarang banyak sekali ini kalau dibiarkan menyalahi kodrat. Ini dianggap hal yang lumrah padahal larangan agama laki-laki menyerupai perempuan baik dari sisi pakaian, gaya bicara, lenggak-lenggok, dan cara berjalan itu dilarang keras atau haram. Begitu pula perempuan menyerupai laki-laki itu menyalahi kodrat Allah swt,” jelasnya. 


Gus Yusuf berharap dalam kebebasan berekspresi, anak muda tetap menghormati nilai-nilai agama dan budaya bangsa.


"Ya, monggo! Bebas tapi ojo kebablasan. Anda mengekspresikan tentang fashion, ekspresi tentang seni tapi ada batasannya. Ingat! Kita ini punya norma baik kemasyarakatan, adat ketimuran maupun norma syariat,” terangnya. 


“Kita jangan terus mengikuti yang sekarang lagi ramai di Korea, Jepang, Amerika. Sehingga lupa terhadap jati diri umat Islam, sebagai bangsa Indonesia yang punya adab, dan etika moralitas. Ini harus yang harus tetap di jaga dan dikedepankan,” tandas Gus Yusuf.


Kontributor: Suci Amaliyah

Editor: Fathoni Ahmad