Gus Baha Sebut Islam Itu Sederhana, Perbuatan Mubah Bisa Dilakukan untuk Tinggalkan Maksiat
NU Online · Kamis, 27 Juni 2024 | 14:00 WIB
Gus Baha dalam puncak perayaan Haul Mbah Sambu di makam kompek Masjid Jami Lasem Rembang Jawa Tengah pada Jumat (21/6/2024). (Foto: dok. panitia)
Ahmad Solkan
Kontributor
Rembang, NU Online
Pengasuh Pesantren Tahfidz Qur’an LP3IA, Rembang, Jawa Tengah KH Ahmad Bahauddin Nur Salim (Gus Baha) menyebut bahwa Islam itu sederhana karena perbuatan yang mubah dan membahagiakan bisa dilakukan untuk meninggalkan maksiat.
“Pokoknya hidup bahagia tidak maksiat itu bagus. Nggak ada mubah yang kita lakukan kecuali saat itu kita meninggalkan haram,” tuturnya
Hal tersebut disampaikan pada puncak perayaan Haul Mbah Sambu di makam kompek masjid Jami’ Lasem Rembang Jawa Tengah pada Jumat (21/6/2024).
Sebagai contoh, Gus Baha mengatakan bahwa keturunan Mbah Sambu hobi ngopi dan cangkrukan atau nongkrong. Namun, Gus Baha menekankan bahwa ngopi dan nongkrong itu pada waktu bersamaan mereka meninggalkan perkara-perkara haram.
“Jadi jangan dihitung cangkruk-nya, tapi banyak hal (haram dan maksiat) yang ditinggalkan,” terang Gus Baha.
Ia kemudian membuat anekdot dengan mengandaikan Raqib dan Atid sebagai ahli ushul fiqih, sehingga apabila seorang Muslim melakukan perkara yang mubah (dibolehkan) maka dihitung sedang meninggalkan maksiat.
Namun, kata Gus Baha, berbeda kalau Raqib dan Atid dalam mencatat amal-amal manusia menggunakan perspektif ahli thariqah. Sebab tentu amal ibadah manusia dilihat secara kaku atau kurang fleksibel.
“Doakan saja malaikat tersebut cara pandangnya pakai ushul fiqih,” jelasnya.
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu mengatakan, Islam sangat menghargai sesuatu yang mubah karena pada waktu itu juga orang dapat meninggalkan maksiat.
“Nabi itu suka kalau ada orang bercanda dan bahagia. Karena dihitung bahwa itu keceriaan yang tidak perlu maksiat. Ini mahal betul, orang senang tanpa maksiat itu mahal,” papar Gus Baha.
Gus Baha menjelaskan lebih detail lagi aplikasi terkait tarkul ma’ashi atau meninggalkan maksiat dengan melakukan sesuatu yang mubah.
“Orang Islam itu enak, dihina orang jadi pahala dan dipuji orang juga mendapat pahala. Saya itu yakin masuk surga. Dimarahi pasangan sabar jadi pahala, mesra dengan pasangan juga pahala. Dasarnya tarkul ma’ashi,” katanya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Dari Musibah menuju Muhasabah dan Tobat Kolektif
2
Gus Yahya Berangkatkan Tim NU Peduli ke Sumatra untuk Bantu Warga Terdampak Bencana
3
Kiai Miftach Moratorium Digdaya Persuratan, Gus Yahya Terbitkan Surat Sanggahan
4
Khutbah Jumat: Ketika Amanah Diberikan kepada yang Bukan Ahlinya
5
Sehari Galang Donasi, Warga NU Losari Cirebon Kumpulkan Rp37 Juta untuk Korban Bencana Sumatra
6
Khutbah Jumat: 4 Cara Sikapi Beda Pendapat dan Pandangan
Terkini
Lihat Semua