Nasional

Gus Dur dan Keulamaan Kiai Jakarta

Rabu, 7 November 2012 | 08:37 WIB

Jakarta, NU Online
KH Syaifuddin Amsir, Rais Syuriyah PBNU mengatakan bahwa sebenarnya anak Betawi banyak yang menjadi kiai-kiai besar. Tetapi keulamaan mereka biasanya tidak diketahui oleh orang pada umumnya.
<>
“Orang baru tahu kalau dia seorang kiai besar setelah ulama-ulama Jawa menemuinya,” katanya kepada NU Online di lantai tiga gedung PBNU jalan Kramat Raya nomor 164, Jakarta Pusat, Selasa (7/11) sore.

Kiai asal Berlan, Matraman Jakarta Pusat ini menunjuk pada sebuah peristiwa di mana Gus Dur menghentikan perjalanannya hanya untuk mendatangi rumah seseorang di bilangan Paseban Jakarta Pusat.

Menurut KH Syaifuddin Amsir, masyarakat setempat tidak menduga sebelumnya kalau Gus Dur akan mengunjungi rumah orang tersebut. Padahal masyarakat sekitar hanya mengenal orang yang bersangkutan hanya sekadar mengajar alif-ba-ta.

Orang alim di Jakarta umumnya tidak mengajar kitab fiqih yang tinggi, tambahnya. Mereka hanya mengajarkan pengetahuan hukum agama yang sederhana sekadar untuk memenuhi kebutuhan praktik ibadah keseharian masyarakat Jakarta. Namun, hal ini tidak mengindikasikan bahwa pengetahuan agama kiai di Jakarta sangat minim.

Masyarakat umumnya baru mengerti keulamaan setelah jaringan kiai setempat itu ternyata cukup luas. Para kiai Jakarta ini biasanya berjejaring dengan para kiai lain di Jakarta, Sunda, Jawa, Lombok, bahkan Mekkah.

Keulamaan kiai Jakarta mungkin saja tersembunyi mengingat kondisi keduniaan di Jakarta cukup dominan, meskipun semangat keagamaan lumayan tinggi. Semangat keagamaan yang tinggi tanpa dibarengi semangat menuntut ilmu agama, membuat keulamaan sejumlah kiai tertutup, tandasnya.


Penulis: Alhafiz Kurniawan