Nasional

Gus Mus: Ngaji tanpa Kitab, Ngaji Obralan

Kamis, 12 April 2012 | 04:38 WIB

Jakarta, NU Online
“’Yang penting, ngaji itu pakai kitab,’ kata ayah saya, Alm. Kiai Bisri Mustofa. Kalau ngaji tanpa kitab, itu namanya obralan,” kalimat pembuka Gus Mus –sapaan akrab KH. A. Mustofa Bisri– dalam uraian pengajian yang digelar komunitas Mata Air, di Jalan Ki Mangunsarkoro, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu malam (11/4).<>

Ucapan Gus Mus, merujuk kepada pengajian atau majelis taklim yang melakukan pembacaan kitab kuning sebagai pedoman forum. Satu di antaranya adalah acara pengajian yang diadakan oleh komunitas Mata Air.

Pembacaan kitab kuning dalam forum pengajian adalah tradisi pesantren. Dengan pembacaan kitab, para hadirin dan peserta forum akan dengan teratur melewati tema-tema yang berbeda. Kebaruan-kebaruan dalam tiap kesempatan ini akan memperluas cakrawala baru.

Tanpa pembacaan kitab, sejumlah ekses buruk bisa saja terjadi. Pengulangan tema atau isu adalah sesuatu yang mungkin. Tanpa panduan kitab, pembicara atau ustaz tidak mustahil berbicara dengan penuh nafsu. Selain itu, sumber pengajian tanpa panduan kitab, menjadi kesulitan tersendiri untuk melacak atau mengecek otoritas sebuah pernyataan si ustadz.

Pengajian komunitas Mata Air ini digawangi oleh KH. Lukman Hakim. Minhajul Abidin, kitab Tasawuf karya Imam Ghazali adalah bacaan rutin. Karya ini memberikan tawaran-tawaran yang menuntun anak manusia menjadi hamba Allah yang baik.

Meski tidak rutin, Gus Mus kerap menghadiri pengajian ini. Kajian Tasawuf kitab Minhajul Abidin, mengupas habis persoalan hati dan cara pembersihannya. Persoalan syariat sekada untuk menunjang peribadatan pokok, tak lupa untuk dilewatkan.

Persoalan Tasawuf dengan ulasan Gus Mus dan KH Lukman Hakim, dikemas dengan bahasa yang akrab di telinga para peserta. Cerita hikmah dan humor yang berkaitan dengan tema yang dikaji, hadir di sela acara. Cerita hikmah dan humor sangat efektif untuk mengikat nilai-nilai sufistik. Tak ayal, keduanya menghadirkan tawa para hadirin. Selain itu, cerita hikmah juga menyentak kesadaran manusia sehingga renungan mendalam atas hakikat kehidupan manusia semakin intens.

“Pengajian ini sudah berjalan sejak tahun lalu,” ungkap Bahrul Ulum, peserta rutin pengajian Komunitas Mata Air kepada NU Online usai pengajian. Pengajian yang dihadiri lebih dari 30 orang ini, pulang membawa petualangan-petualangan rohani tersendiri. Nilai pengajian yang mereka bawa pulang, tampak semakin bersinar kegelapan malam.



Redaktur : Syaifullah Amin
Penulis     : Alhafiz Kurniawan