Solo, NU Online
Fenomena anarkisme yang terjadi di dunia sepak bola Tanah Air belum lama ini membuat sejumlah pihak merasa prihatin dengan keadaan ini. Selain sanksi yang dijatuhkan kepada pihak yang bersangkutan, tentu ada cara lain untuk menghilangkan sifat anarki tersebut.
Menurut Ketua PP RMI-NU KH Abdul Ghaffarrozin (Gus Rozin), semangat positif yang dibawa dari penyelenggaraan Liga Santri Nusantara (LSN) dapat memberikan warna tersendiri di blantika sepak bola Tanah Air.
“Di luar apa yang selama ini dikembangkan di pesantren, tentu secara bertahap kita ingin mengisi kekosongan itu, dengan modal santri dan pesantren yang ingin terjun di dunia sepak bola, sedemikian banyak," terang Gus Rozin, pada acara dialog di Radio Gesma FM, Sabtu (29/9) lalu.
Dengan pendekatan yang sistematis, dengan strategi yang tepat, lanjut Gus Rozin, mungkin antara kurun waktu 5 sampai 10 tahun yang akan datang, jika LSN ini dikelola dengan baik dapat memberi pengaruh yang besar bagi iklim kompetisi sepak bola di Indonesia.
"Saya yakin bahwa kemudian akhlakul karimah dan sportifitas kaum santri ini dapat menyebar kepada yang lain,” kata dia.
Sementara itu, pengamat sepakbola nasional yang juga Direktur Kompetisi LSN M Kusnaeni menilai perkembangan yang terjadi, terkait sepak bola di pesantren saat ini cukup pesat. Fakta tersebut antara lain juga dibuktikan dengan maraknya Sekolah Sepakbola (SSB) yang didirikan oleh sejumlah pesantren.
"Yang menarik, fenomenanya adalah banyak pesantren yang bikin SSB. Coba perhatikan pondok di sekitar Jateng, Jatim, dan bahkan di luar Jawa. Banyak SSB baru yang dibentuk di pesantren," ungkap Kusnaeni.
Fenomena tersebut, lanjut pria yang akrab disapa Bung Kus itu, disebabkan karena kini banyak yang mulai menyadari potensi para santri di bidang sepak bola. (Ajie Najmuddin/Muiz)