Inilah Kategori Penerima dan Kriteria Penilaian Anugerah NU
Ahad, 20 November 2022 | 04:30 WIB
Pertemuan Tim Pelaksana Anugerah NU 1 Abad di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (19/11/2022). (Foto: NU Online/Suwitno)
Aru Lego Triono
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Tim Pelaksana Anugerah NU 1 Abad Rumadi Ahmad menjelaskan bahwa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan memberikan anugerah kepada sejumlah tokoh atau kelompok yang dibagi ke dalam beberapa kategori.
Pertama, kategori internasional. Anugerah NU pada kategori ini akan diberikan kepada tokoh atau kelompok di level global yang memiliki kontribusi, pemikiran, atau karya yang berpengaruh luas dan berkontribusi kuat untuk menggerakkan masyarakat dalam mewujudkan kehidupan yang adil dan damai. Dengan kata lain, sejalan dengan cita-cita NU.
“Untuk kategori internasional itu akan diberikan kepada tokoh atau institusi atau kelompok masyarakat yang dipandang bisa mengartikulasikan visi misi NU,” ujar Rumadi kepada NU Online, di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (19/11/2022).
Kedua, kategori nasional. Anugerah NU pada kategori ini akan diberikan kepada tokoh atau kelompok di Indonesia yang memiliki kontribusi berupa pemikiran dan karya yang berpengaruh luas kepada masyarakat.
“Kategori nasional diberikan kepada tokoh-tokoh yang memberikan kontribusi kepada masyarakat, menginspirasi, gerakannya dilakukan secara istiqamah dan memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat,” jelas Rumadi.
Bidang-Bidang dan Kriteria Penilaian Anugerah NU
Tim Pelaksana Anugerah NU membagi kategori nasional ke dalam tujuh bidang. Pertama, seni budaya. Hal ini karena bidang seni budaya berperan strategis sebagai media dakwah untuk menanamkan nilai dan ajaran Islam yang memberi warna Islam Nusantara.
Terdapat enam kriteria penilaian pada bidang ini yakni (1) individu, lembaga dan/atau komunitas yang aktif di bidang seni budaya dalam kurun waktu 10 tahun; (2) karya dan/atau gerakan yang dilakukan mencerminkan nilai-nilai perdamaian, persaudaraan dan toleransi yang bersumber dari spirit religiusitas; (3) memiliki kemampuan menggali, mengembangkan dan melakukan inovasi terhadap tradisi dan khazanah seni budaya Nusantara; (4) menggunakan seni budaya untuk merajut keberagaman, menyuarakan perdamaian dan diterima berbagai kalangan masyarakat; (5) karya dan/atau gerakan seni yang dilakukan memiliki dampak yang luas dan nyata; (6) karya dan/atau gerakan seni budaya yang dilakukan dapat memperkuat artikulasi visi dan misi perjuangan NU.
Kedua, teknologi digital. Hal ini didasarkan dengan besarnya pengaruh internet terhadap nilai dan perilaku masyarakat, perkembangan peradaban manusia ditentukan oleh seberapa kuat penguasaan atas teknologi digital.
Pada bidang ini terdapat empat kriteria penilaian yaitu (1) individu yang memiliki pengalaman di bidang teknologi digital lebih dari 10 tahun; (2) memiliki kontribusi nyata terhadap perkembangan teknologi digital di Indonesia; (3) menghasilkan inovasi dan penemuan di bidang teknologi digital yang berdampak luas bagi masyarakat; (4) memiliki paradigma dan cara pandang yang sejalan dengan garis perjuangan NU.
Ketiga, lingkungan hidup yakni berdasarkan fakta bahwa sebagai paru-paru dunia, lingkungan dan alam Indonesia harus dijaga dan dihormati agar lestari.
Ada lima kriteria penilaian pada bidang lingkungan hidup ini, di antaranya (1) individu, lembaga, dan/atau komunitas yang aktif di bidang pelestarian lingkungan dalam kurun waktu minimal 10 tahun; (2) gerakan pelestarian lingkungan bisa di bidang keilmuan, advokasi, praktisi pelestari lingkungan berbasis komunitas; (3) gerakan yang dilakukan mempunyai dampak luas terhadap pelestarian lingkungan hidup; (4) mempunyai jejaring yang kuat dan bersinergi dengan kelompok masyarakat yang lain; (5) memperkuat artikulasi visi perjuangan NU.
Keempat, pendidikan. Bidang ini berdasar kesenjangan tingkat pendidikan antartingkat kesejahteraan dan antarwilayah di Indonesia masih lebar.
Terdapat empat kriteria penilaian dalam bidang ini yakni (1) individu dan/atau komunitas melakukan terobosan yang menunjukkan komitmen dan kesetiaan dalam mengembangkan pendidikan; (2) gerakan yang dilakukan mempunyai dampak signifikan kepada masyarakat luas maupun komunitas tertentu; (3) menunjukkan konsistensi yang kuat dalam perjuangan pendidikan; (4) memperkuat artikulasi visi perjuangan NU.
Kelima, penggerak sosial. Anugerah NU akan diberikan kepada tokoh perubahan sosial yang dapat datang dari berbagai latar belakang. Keenam, kesehatan, yang didasari angka kematian ibu masih tinggi dan status gizi balita Indonesia masih mengkhawatirkan.
Ada lima kriteria penilaian dalam bidang kesehatan, yaitu (1) individu, lembaga dan/atau komunitas yang aktif menggerakkan kesadaran kesehatan masyarakat minimal 10 tahun; (2) gerakan yang dilakukan mempunyai dampak signifikan bagi masyarakat atau komunitas tertentu; (3) memiliki kemampuan menggali, mengembangkan dan melakukan inovasi di bidang kesehatan; (4) gerakan yang dilakukan mencerminkan nilai kemanusiaan, kesetaraan, kepedulian, dan toleransi; (5) memperkuat artikulasi visi perjuangan NU.
Ketujuh, ekonomi. Hal ini didasarkan penggerakan ekonomi masyarakat berkontribusi pada pengentasan kemiskinan dan pengurangan ketimpangan.
Bidang ekonomi ini memiliki empat kriteria, antara lain (1) gerakan dilakukan individu, lembaga, dan/atau komunitas secara konsisten minimal 10 tahun; (2) gerakan yang dilakukan individu, lembaga, dan/atau komunitas memberi dampak positif dalam pengembangan ekonomi masyarakat; (3) diutamakan gerakan berbasis keagamaan yang dilandasi semangat toleransi yang inklusif; (4) memperkuat artikulasi visi perjuangan NU.
Anugerah Internal NU
Selain kategori internasional dan nasional di berbagai bidang itu, terdapat satu kategori lain yakni internal NU. Para tokoh yang berjasa kepada NU, baik yang sudah wafat maupun yang masih sehat, dan pesantren berusia lebih dari 1 abad yang akan mendapatkan anugerah pada kategori internal NU ini.
“Nanti akan ada penghargaan kepada pondok pesantren yang usianya di atas 1 abad atau 100 tahun lebih, kemudian masih eksis sampai sekarang dan pesantren itu menjadi semacam soko guru bagi pengembangan NU di wilayahnya,” ungkap Rumadi.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua