Para capres yang akan menghadiri debat kelima pilpres pada Ahad, 4 Februari 2024 mendatang. (Ilustrasi foto: NU Online/Aceng)
Malik Ibnu Zaman
Penulis
Jakarta, NU Online
Debat putaran kelima dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024 akan berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, pada Ahad (4/2/2024). Debat yang akan menghadirkan para calon presiden (capres) ini mengangkat tema Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan dan Inklusi, Teknologi Informasi, Pendidikan, Kesehatan, dan Ketenagakerjaan.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan 12 panelis yang merumuskan pertanyaan pada debat kelima. Para panelis itu ada yang dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI) hingga Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
"Kami sudah mendapatkan konfirmasi kesediaan dari 12 orang panelis untuk debat kelima mendatang," ujar Komisioner KPU RI August Mellaz dalam Konferensi Pers seusai Rapat Finalisasi Debat Kelima antara KPU, Tim Paslon, dan Media Penyelenggara di Gedung KPU, Rabu (17/1/2024) sore.
Profil 12 panelis debat kelima pilpres 2024
1. Aminuddin Syam
Aminuddin Syam adalah Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Ketua Umum Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) Periode 2022-2026.
Ia meraih gelar sarjananya dengan jurusan Kesehatan Masyarakat di Unhas (1994), lalu Magister Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (2001), dan Magister Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (2014). Sementara gelar doktornya ditempuh di Fakultas Kedokteran Unhas (2017).
2. Asep Saepudin Jahar
Asep Saepudin Jahar merupakan Guru Besar Ilmu Sosiologi Hukum Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2023-2027.
Pria yang merupakan alumni Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur ini menempuh pendidikan sarjananya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah (1995).
Kemudian, gelar magister (S2) diperoleh dari Universitas McGill, Montreal, Kanada, bidang Studi Islam-Hukum Islam (1999). Sementara gelar doktor (S3) diraih dari Universitas Leipzig, Jerman, bidang Bahasa Arab dan Filologi (2005).
3. Bahruddin
Bahruddin merupakan inisiator Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah. Ia juga menjadi anggota Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar dan Menengah (BAN PDM).
4. Damar Juniarto
Damar Juniarto adalah Akademisi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta dan Pendiri PIKAT Demokrasi/Penasihat Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) Damar Juniarto.
Ia mengenyam pendidikan bahasa dan sastra sewaktu sekolah menengah, kemudian lanjut mempelajari sosiologi dan komunikasi dengan studi advertising. Ia melanjutkan studi pascasarjana komunikasi dengan perhatian pada dunia siber.
5. Emiritus PM Laksono
Emiritus PM Laksono merupakan Guru Besar Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Ia menempuh program Sarjana Muda Antropologi di Universitas Gadjah Mada (1972-1975) dan Sarjana di Universitas Indonesia (1978-1980).Â
Ia kemudian memperoleh gelar Magister Antropologi dari Universitas Indonesia setelah mengikuti kuliah di Universiteit Leiden, Belanda pada 1981 hingga 1983. Kemudian gelar PhD diperolehnya dari Cornell University pada tahun 1990.
Beberapa kajian studinya adalah perubahan sosial dan kebudayaan, NGO/CSO, masyarakat di wilayah timur Indonesia, ekologi manusia, pertambangan dan gender, antropologi visual, serta studi Asia Tenggara.
Selain sebagai staf pengajar dan peneliti, ia juga menjadi anggota Koninkelijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkundig (KITLV) serta menjabat sebagai Dewan Penasehat Asosiasi Antropologi Indonesia.
6. Imam Prasodjo
Imam Prasodjo merupakan Sosiolog Universitas Indonesia (UI). Ia menempuh pendidikan sarjananya di Sosiologi UI, sementara jenjang magisternya diraih di Sociology, Kansas State University, USA dan jenjang doktor di Sociology, Brown University, USA.
7. Onno Widodo Purbo
Onno Widodo Purbo adalah Ahli Teknologi Informasi dan Wakil Rektor Institut Teknologi Tangerang Selatan. Ia memulai pendidikan akademis di ITB pada jurusan Teknik Elektro pada 1981 dan lulus dengan predikat wisudawan terbaik.
Kemudian pada 1989 melanjutkan studi ke Kanada dengan beasiswa dari PAUME. Ia mendapat gelar PhD dari Universitas Waterloo, Kanada, di bidang Teknologi Rangkaian Terintegrasi untuk Satelit.
Karya inovatifnya diantaranya adalah Wajanbolic, sebagai upaya koneksi internet murah tanpa kabel dan RT/RW-Net sebagai jaringan komputer swadaya masyarakat untuk menyebarkan internet murah, serta penerapan Open BTS.
8. Reni Kusumowardhani
Reni Kusumowardhani merupakan Ketua III Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI). Ia merupakan psikolog yang bergerak di bidang forensik. Reni mulai membuka praktik pribadi pada 1988 dan memulai terjun di ranah hukum sejak 1994 hingga sekarang. Ia terus mengembangkan kompetensi psikologi forensik melalui berbagai kursus di dalam maupun di luar negeri.
Ia diminta untuk menangani berbagai kasus, mulai dari tindak pidana yang konvensional hingga non-konvensional. Reni juga diminta oleh berbagai lembaga seperti kepolisian di tingkat Mabes Polri hingga Polres dan Polsek, Kejaksaan, KPK, KLHK , BPK, BNN, LPSK untuk melaksanaan pemeriksaan dan intervensi psikologi forensik hingga hadir di Persidangan sebagai ahli psikologi.
9. Timboel Siregar
Timboel Siregar merupakan Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) dan Koordinator Advokasi BPJS Watch.
10. Tolhas Damanik
Tolhas Damanik merupakan Penasihat Hak Disabilitas pada General Election Network for Disability Access (AGENDA) dan Aktivis Disabilitas. Ia menempuh pendidikan di Universitas Negeri Jakarta (dulu IKIP Jakarta), jurusan bimbingan konseling dan magister bidang konseling di Ohio State University, AS.
11. Tukiman Tarunasayoga
Tukiman Tarunasayoga adalah Dosen Pascasarjana UNS Surakarta Program Penyuluhan Pembangunan dan Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University (SCU) Semarang (UNIKA Semarang). Ia juga mengajar di Pascasarjana di UNIKA Soegijapranata.
12. Vina Adriany
Vina Adriany merupakan Guru Besar Pendidikan Anak Usia Dini dan Kepala Pusat Studi Gender dan Anak, Universitas Pendidikan Indonesia. Fokus kajiannya ialah isu gender dan keadilan sosial pada PAUD.
Ia menempuh pendidikan sarjananya di jurusan psikologi di International Islamic University Malaysia pada 1995-2000. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Pendidikan di kampus yang sama. Sementara gelar doktor ia raih di departemen pendidikan di Lancaster University Inggris (2009-2013).
Terpopuler
1
Sosiolog Sebut Sikap Pamer dan Gaya Hidup Penyebab Maraknya Judi Online
2
Menkomdigi Laporkan 80 Ribu Anak Usia di Bawah 10 Tahun Terpapar Judi Online
3
Besok Sunnah Puasa Ayyamul Bidh Jumadal Ula 1446 H, Berikut Niat dan Keutamaannya
4
UI Minta Maaf soal Disertasi Bahlil Lahadalia, Kelulusan Ditangguhkan, Moratorium SKSG
5
Kabar Duka: KH Munsif Nachrowi Pendiri PMII Wafat
6
Khutbah Jumat: Peran Ayah dalam Kehidupan Keluarga
Terkini
Lihat Semua