Kiai Hasyim Asy'ari Ulama Modern pada Masanya
Ahad, 10 April 2022 | 16:30 WIB
Tangkap layar Ketua PP Muslimat NU Ketua Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama Nyai Hj Mursyidah Thahir saat Haul Ke-77 Hadratussyekh Almaghfurlah KH Hasyim Asy'ari yang diadakan secara virtual Sabtu (9/4/2022).
Malik Ibnu Zaman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari tidak sekadar pendiri Nahdlatul Ulama. Hal yang juga menarik dari sosok Kiai Hasyim adalah bahwa selain sebagai seorang ulama, ia juga merupakan seorang pejuang. Hadratussyekh menguasai dua bahasa yaitu Bahasa Arab dan Belanda. Kemudian, selain menguasai hukum fiqih, juga menguasai hukum Belanda.
Kapasitas itu membuat Kiai Hasyim menjadi seorang yang sangat modern pada masanya.
Ketua Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama Nyai Hj Mursyidah Thahir menyampaikan hal itu pada Haul Ke-77 Hadratussyekh Almaghfurlah KH Hasyim Asy'ari yang diadakan oleh PP Muslimat NU, Sabtu (9/4/2022).
"Kita mudah-mudahan bisa meneladani apa apa yang telah dilakukan, diperjuangkan oleh beliau," harap Nyai Mursyidah Thahir.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kritik yang dilakukan oleh KH Hasyim Asy'ari terhadap penjajah Belanda sungguh luar biasa, seperti mengeluarkan fatwa haram pergi haji kalau naik kapal Belanda. Kemudian dalam mempertahankan kemerdekaan, KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan resolusi jihad.
Baca Juga
4 Usulan Komisi Rekomendasi Muslimat NU
Nyai Mursyidah juga mengatakan salah satu teman akrab di dalam perjuangan adalah almarhum KH Hasyim Asy'ari adalah KH Abbas Buntet Cirebon. "Itu saya mendapat cerita dari Almarhum KH Husein, karena beliau pernah nyantri di Buntet. Mengeluarkan resolusi jihad itu tidak langsung melaksanakannya, tetapi mengirim utusan dulu ke Cirebon, minta restu kepada Kyai Abbas," ungkapnya.
Diceritakan, sebelum berangkat ke Jawa Timur, Kiai Abbas melaksanakan shalat terlebih dahulu, padahal pukul satu siang kereta harus berangkat. "Ketika beliau melaksanakan shalat, kereta tidak jalan, padahal tidak ada kerusakan. Begitu beliau naik kereta menginjakkan kakinya, kereta tersebut bergerak," bebernya.
"Saya mondok di Jawa Timur tahun 1974, masuk kuliah saya di Tebuireng, namanya Universitas Hasyim Asy'ari. Nah waktu itu juga masih diajarkan kepada kita perjuangan, masih digelorakan kepada mahasiswanya," kenangnya.
Ia masih mengingat bagaimana mars yang digelorakan oleh para mahasiswa yang masuk di Universitas Hasyim Asy'ari.
"Yang saya ingat itu 'Pada matanya itu di tengahmulah wahai mahasiswa Unhas tugas penerus perjuangan alim ulama dalam memancarkan hukum Islam semesta dalam negara Indonesia yang ber-Ppancasila'. Lalu perjuangannya juga masih dibunyikan dalam lagu itu, 'Singsikan lengan baju angkatlah senjatamu dengan dada terbuka kita maju. Hancurkan penghalang, singkirkan penghianat, dan dengan Inayah tuhan kita akan menang,'" ujarnya.
Menurut akademisi alumnus Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta itu, mars tersebut menggambarkan spirit perjuangan. Spirit tersebut harus tetap dilaksanakan sebagai penerus dalam bentuk pendidikan yang telah KH Hasyim Asy'ari tanamkan, yaitu pendidikan modern yang menggabungkan antara pendidikan agama, dan pendidikan umum.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua