Kiai Said Aqil Siroj Tegaskan Faktor Kesehatan Jadi Prioritas Tertinggi dalam Berorganisasi
Sabtu, 25 September 2021 | 09:20 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj pada pembukaan Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Jakarta, Sabtu (25/9/2021). (Foto: NU Online/Suwitno)
Syifa Arrahmah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama (NU) 2021 kali ini dihelat secara luring namun terbatas, menyesuaikan dengan keadaan pandemi. Pertimbangan itu diambil semata-mata demi keselamatan dan kesehatan jamaah yang menjadi prioritas tertinggi jamiyah dalam menjalankan roda organisasi di tengah situasi pandemi.
Pernyataan itu ditegaskan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj dalam sambutannya di acara pembukaan resmi Munas dan Konbes NU 2021 di Jakarta, Sabtu (25/9/2021).
"Tidak ada maksud lain terkait desain konsep dan waktu penyelenggaraan permusyawaratan organisasi selain komitmen mengawal salah satu pilar maqâshid al-syarîah, yaitu hifz al-nafs," jelasnya.
Kiai Said menyebut, NU telah kehilangan ratusan kiai dan pengasuh pesantren selama pandemi. "Ini musibah besar bagi NU dan kerugian bagi umat Islam," ujar Kiai Said pelan.
Karena itu, ia berpesan NU harus menjadi teladan dalam semua ikhtiar untuk memutus rantai penularan. Meski diyakini sepenuhnya ajal di tangan Allah, akan tetapi kewajiban berikhtiar masih terus digalakkan lantaran hingga kini pandemi belum sebetulnya usai.
"Menjaga dan melindungi para masyayikh, kiai, pengurus, dan warga Nahdliyin dengan disiplin menjalankan prokes, baik dalam kegiatan pribadi maupun organisasi. Karena, pandemi ini nyata dan belum usai," pesan kiai yang biasa disapa Kang Said itu.
Ditegaskan PBNU mendukung dan membersamai langkah-langkah Pemerintah dalam menangani pandemi, dari hulu hingga hilir. "Dari sisi hulu, penerapan prokes tidak boleh kendor,” tegas alumni Umm Al-Quro, Makkah, Arab Saudi itu.
Menurutnya, meski sudah melandai, namun ada kemungkinan terjadi lonjakan gelombang ketiga. Berdasarkan pola kurva tiga-lima bulanan, lonjakan diperkirakan terjadi di akhir 2021, menurut keterangan epidomolog.
Dijelaskan, dari sisi tengah, NU mendukung percepatan vaksinasi agar segera terbentuk herd immunity atau kekebalan komunitas. Dari sisi hilir, NU merekomendasikan agar Pemerintah memperbaiki sistem kesehatan nasional dengan meningkatkan rasio dan keandalan fasilitas kesehatan (RS dan Puskesmas).
"Mengurangi kesenjangan distribusi fasilitas dan tenaga kesehatan (dokter/dokter spesialis, perawat, dan bidan), serta memperkuat ekosistem kesehatan, mulai kemandirian farmasi, penambahan dokter dan nakes, kapasitas RS dan Puskesmas, dan produksi alkes," jelas Kiai kelahiran 3 Juli 1953 ini.
Diingatkannya kembali bahwa pandemi hanya bisa diatasi dengan sinergi dan kerja sama pemerintah dan masyarakat. Masyarakat disiplin prokes, sementara pemerintah menggalakkan vaksinasi dan memperbaiki ekosistem kesehatan. Karenanya, ia menyarankan, pemerintah perlu membatasi akses masuk bagi tenaga kerja asing, sampai situasi pandemi terkendali.
"Di sisi lain, masyarakat tidak boleh euforia dengan berbagai pelonggaran kegiatan masyarakat. Kita semua harus waspada terkait potensi datangnya gelombang ketiga," imbuh Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Al Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan itu.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua