Jakarta, NU Online
Dalam banyak kesempatan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menegaskan Islam menjadikan budaya sebagai infrastruktur agama. Budaya yang kokoh, Islam pun akan kuat.
Pernyataan serupa kembali disampaikan sesaat menjelang pagelaran wayang kulit dengan lakon Jamus Kalimasada, Sabtu (7/4) malam.
(Baca: Suara Kebenaran Pengiring Pagelaran Jamus Kalimasada)
Dikatakan cerita wayang yang berasal dari India. Oleh Raden Muhammad Said (Sunan Kalijaga) wayang yang semula tersaji dalam gambar-gambar di atas kertas, lalu dipindahkan dalam media wayang kulit.
“Bahkan disispkan nilai-nilai ajaran Islam,” kata Kiai Said.
Salah satu bentuk penyisipan nilai-nilai ajaran Islam adalah ditambahkanya beberapa tokoh yang merupakan adaptasi dari sabda Sayidina Ali.
“Samir khairan fatruk mabagha. Bergegaslah melaksanakan kebaikan, tinggalkan hal-hal yang menyimpang. Oleh orang Jawa dimudahkan penyebutannya. Semar, Gareng, Petruk, Bagong,” papar Kiai Said.
(Baca: Kiai Said: Wayang Sarat Filsafat Kehidupan)
Karenanya wayang merupakan dakwah bil khikmah. Dakwah tersebut ternyata berhasil terbukti selama 50 tahun yakni tahun 1450-1500, Islam tersebar di Nusantara melalui budaya, salah satunya wayang.
“Islam tersebar tanpa kekerasan, tanpa darah dan caci maki,” ujar pengasuh Pesantren Atsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini. (Kendi Setiawan)