Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyatakan apresiasinya atas pelaksanaan pemilihan presiden di Amerika Serikat yang berlangsung secara demokratis, bebas, dan berjalan dengan baik dengan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden ke 45.
“Saya ucapkan selamat, kami sebagai warga NU, organisasi Islam terbesar di Indonesia, mengucapkan selamat kepada Donald Trump, yang telah diberi kepercayaan oleh rakyat Amerika Serikat. Kita hargai pilihan rakyat Amerika Serikat,” katanya di Jakarta, (11/11).
Mengenai sejumlah ucapan Trump yang kontroversial terkait dengan Islam, ia menilai hal tersebut hanya retorika kampanye dan semoga tidak benar-benar menjadi kebijakan yang dijalankan oleh Trump. “Kalau sudah menang, ada penasehat yang memberi masukan. Ngak mungkin Amerika akan putus dengan negara-negara teluk yang sumber minyak. Pakistan kan juga mitranya Amerika. Kalau sudah jadi presiden ngak akan sekeras itu,” paparnya.
Dari pengalamannya selama ini, memang ada perbedaan gaya kepemimpinan antara presiden yang berasal dari Partai Republik dan Partai Demokrat. Republik seringkali menekankan pendekatan kekuatan militer dalam menghadapi politik internasional sedangkan Demokrat lebih mengedepankan hak asasi manusia.
“Kalau Demokrat yang jadi presiden, Islam atau Palestina bisa bernapas, walaupun belum bisa maksimal membebaskan Palestina. Kalau Republik yang memang, Palestina akan tertekan lagi. Sesak lagi nafasnya,” paparnya.
Ia menegaskan, umat Islam tidak boleh menyerahkan nasibnya kepada keputusan pihak lain. Yang paling penting adalah memperkuat diri sendiri. Seperti tubuh, jika memiliki antibodi yang kuat, maka akan tahan dari berbagai macam jenis penyakit.
“Persatuan Arab adalah senjata paling ampuh dalam menghadapi pihak lain. Minyak bisa dimainkan. Minyak bisa jadi senjata. Sayangnya negara-negara Arab ngak pernah akur, masing-masing punya bos. Dan mudah sekali diadu domba,” paparnya. (Mukafi Niam)