Nasional

Kiai Said: Membangun Peradaban adalah Amalan Paling Mulia

Sabtu, 14 April 2012 | 11:08 WIB

Jombang, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, mengingatkan pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Menguasai ilmu pengetahuan untuk tujuan membangun peradaban disebutnya sebagai amalan paling mulia.<>

 

"Kita tidak bisa hanya mengandalkan kebesaran Mbah Hasyim (KH Hasyim Asy'ari), Mbah Wahab (KH Wahab Hasbullah) dan kiai-kiai besar lainnya. Kita harus terus belajar dan meningkatkan pengetahuan kita, kita harus membangun peradaban yang semakin baik," ungkap Kiai Said saat menjadi pembicara dalam sesi penguatan Rapat Konsolidasi Nasional Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulium (Unipdu), Jombang, Jawa Timur, Sabtu (14/4).

 

Kiai Said menambahkan, tidak mengandalkan kebesaran Kiai-kiai terdahulu bukan berarti melupakan jasa-jasanya. Sebaliknya, penguasan ilmu pengetahuan untuk tujuan membangun peradaban yang lebih baik adalan wujud penghargaan yang sebenarnya. "Membangun peradaban itu amalah paling mulia, karena dengan itu kita mengembangkan apa yang sudah dilakukan Kiai-kiai sepuh pendahulu kita," tambahnya tegas.

Rapat Konsolidasi Nasional LKNU yang bertujuan untuk membantu peningkatan pelayanan kesehatan ke masyarakat diapreasi secara positif oleh Kiai Said, karena merupakan salah satu upaya untuk membangun peradaban yang lebih baik. Islam dijelaskannya memiliki sejarah besar di bidang ilmu pengetahuan, salah satunya kesehatan, dengan lahirnya ulama-ulama besar pencetus dan penemu sejumlah teknologi kedokteran.

"Kalau sekarang namanya apoteker. Jangan dikira yang mencetuskan orang Amerika, orang Eropa atau Australia. Ilmu apoteker pertama kali ditemukan oleh Az Zuhri, tokoh Islam, meski saat itu hanyalah cara-cara pengobatan herbal," urai Kiai Said.

Apresiasi positif juga diberikan terkait pilihan lokasi Rapat Konsolidasi Nasional LKNU di Pondok Pesantren Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur. Pilihan ini dianggap sebagai wujud semangat kembali ke pesantren yang dicetuskan oleh Kiai Said dalam Muktamar NU di Makasar.

 

Penulis: Emha Nabil Haroen