Jombang, NU Online
Hadratus Syekh KH M Hasyim Asy'ari dikenal halayak sebagai gurunya para tokoh agama nusantara. Banyak kiai-kiai besar yang setelah belajar dengan Kiai Hasyim lalu menjadi tokoh besar. Sebut saja KH Abdul Wahab Hasbullah dan KH Bisri Syansuri, sepasang tokoh yang bahu membahu membesarkan Nahdlatul Ulama (NU).
Tangan dingin Kiai Hasyim lewat lembaga pendidikan bernama Pesantren Tebuireng telah mampu mengangkat derajat kaum santri. Sudah tak terhitung lagi alumni Tebuireng menjadi penggerak kehidupan beragama di tengah masyarakat.
Perhatian Kiai Hasyim dengan pendidikan menurut Mudir Pesantren Madrasatul Qur'an Tebuireng KH Musta'in Syafi'i memang sudah menjadi karakter dari Kiai Hasyim Asy'ari.
"Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari sangat memperhatikan keilmuan, pendidikan, dan sangat memerhatikan kepada lingkungan sekitar," katanya saat mengisi refleksi 74 tahun kemerdekaan Republik Indonesia di masjid Pesantren Putra Tebuireng, Jumat (16/8).
Diceritakan Kiai Musta'in, pada suatu hari ada ibu-ibu sowan (bertamu) ke Ndalem kesepuhan Kiai Hasyim. Tradisi di masyarakat Jawa saat itu bila bertamu ke rumah kiai, maka membawa hasil pertaniannya atau memberi uang dengan harapan pekerjaan dan hidupnya tambah berkah.
Tidak ingin menyakiti hati tamunya, kakek dari Gus Dur tersebut akhirnya menerima uang pemberian dari warganya. Namun, karena kecintaannya pada pendidikan dan umat, Kiai Hasyim mengembalikan uang itu kepada ibu-ibu yang bertemu Mbah Hasyim digunakan untuk pendidikan di kampungnya.
"Ada mak-mak sowan ke Ndalem, Hadratus Syekh diberi uang dan ia menerimanya, kemudian ia memberikan kembali untuk membangun tempat pendidikan putri di daerah asal ibu-ibu tadi," tambah dosen Ma'ahad Aly Tebuireng ini.
Kiai Mustain menjelaskan, bukti lain kepedulian Kiai Hasyim pada pendidikan terlihat saat aktif membantu santrinya mendirikan pesantren. Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo dan Lirboyo Kediri contoh kecil dari pesantren rintisan santri Kiai Hasyim.
Bentuk lain cinta Mbah Hasyim pada dunia pendidikan terlihat dari banyaknya kitab kecil yang dikarangnya untuk masyarakat umum. Seperti Kitab Adabul Alim Wal Muta'allim. Kitab kecil ini menjadi rujukan di banyak pesantren Indonesia.
"Sangat perhatiannya Mbah Hasyim terlihat dengan tidak menulis kitab yang tebal melainkan hanya kitab tipis-tipis yang disebut risalah agar mudah dipahami dan ringkas," ujarnya.
Mudir Pesantren Tebuireng bidang pondok, H Lukman Hakim meminta santri Tebuireng meneruskan perjuangan para pahlawan-pahlawan dahulu, khususnya KH Hasyim Asy'ari.
"Kita ini adalah para pejuang di kemudian hari. Dan perjuangan republik ini siapa yang mau meneruskan kalau bukan kalian. Siapa yang meneruskan perjuangan ini? ialah santri Tebuireng. Kalian-kalianlah yang nantinya melanjutkan perjuangan Mbah Hasyim Asy'ari. Bahkan kita tahu bahwa yang menyerukan kemerdekaan adalah beliau dengan resolusi jihad," pungkasnya. (Syarif Abdurrahman/Muiz)