Nasional

Kitab Turats Harus Dibaca secara Kontekstual

NU Online  ·  Kamis, 2 Oktober 2025 | 20:30 WIB

Kitab Turats Harus Dibaca secara Kontekstual

Menteri Agama KH Nasaruddin Umar saat menyampaikan sambutan pada pembukaan MQK Nasional Ke-8 dan MQK Internasional Ke-1 di Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang Macanang, Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025). (Foto: Kemenag)

Wajo, NU Online

Menteri Agama KH Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa kitab turats bukan sekadar untuk dibaca secara tekstual, tetapi juga perlu dipahami secara kontekstual.


"Lahirnya turats dari artikulasi konteks," katanya saat menyampaikan sambutan pada Halaqah Internasional dengan tema Transformasi Sosio-Ekologis dan Solusi Epistemologis Berbasis Turats yang digelar di Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang, Macanang, Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025).


Hal ini mengingat perintah membaca tidak sekadar fokus pada teks, tetapi juga harus menarik dari sisi sejarahnya. Tak pelak, membaca turats juga harus melalui metodologi lain, seperti sejarah, logika, filologi, antropologi, hingga linguistik.


Sebab, kitab turats ditulis oleh orang-orang yang mumpuni dari penghayatan dan kontemplasi atas Al-Qur'an dan Hadits pada konteks penulisannya. Tak pelak, ia menyebu turats sangat kaya akan materi dan metodologi.


"Metodologi cara memahami turats ini luar biasa," kata Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.


Menag juga menyampaikan bahwa kajian di pesantren tumbuh berkembang dengan metodologinya yang komprehensif. Tidak selesai dengan satu kajian, ada analisis lanjutan. Fiqih, misalnya, yang kajiannya diteruskan ke ushul fiqih hingga ragam kaidahnya. Pun ulumul Qur'an juga kuat metodologinya.


Oleh karena itu, ia menaruh harapan besar pesantren dengan kajian-kajiannya yang terbuka dan mengedepankan iqra atau membaca secara komprehensif mampu membuka tabir baru pengetahuan.


Tak pelak, ia menyebut Halaqah Internasional yang diisi oleh para ulama dari dalam dan luar negeri menjadi penting, terlebih khusus membahas ekoteologi.


"Begitu kita pulang, mari kita membuka cakrawala pemikiran kita. Bacalah komprehensif. Analisis metodologi insyaallah kita tidak kalah," pungkasnya.


Sebagai informasi, kegiatan ini akan diisi penyampaian materi dari para ulama dari Indonesia, Maroko, dan Mesir. Pun ada presentasi dari akademisi yang telah mengirimkan karya tulis ilmiahnya. Hadir pula mudir dan pengajar Ma'had Aly takhassus fiqih dan ushul fiqih se-Indonesia.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang