Hairul Anam
Kontributor
Sumenep, NU Online
Semangat yang tertanam pada jiwa kader penggerak UPZIS (Unit Pengelola Zakat, Infaq, Sedekah) Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur dalam melakukan pengabdian ke Nahdlatul Ulama (NU), tidak bisa diragukan lagi. Pasalnya, mereka tidak kenal lelah melakukan gerakan Koin Muktamar.
Itu terbukti saat mereka kembali mendatangi lembaga pendidikan Al-Muttahedah dan Matlaun Najah yang sama-sama bertempat di Desa Bragung, Guluk-Guluk, Sumenep, Rabu (19/2/20).
Koordinator penggalangan Koin Muktamar Istibsyaroh, memberikan penjelasan, maksud dan tujuan mengapa gerakan ini terus berkelanjutan, tidak lain sebagai wujud pengabdian pada NU. Karena pengabdian adalah kenikmatam terakhir di tengah merebaknya prilaku pragmatis. Katanya, pragmatisme merupakan ujian besar di era milenial. Sifat itulah yang bisa menggerus keikhlasan dalam pengabdian.
"Kami mengupayakan bagaimana terus memberikan manfaat untuk keberlangsungan NU, bukan lantas mencari kenyamanan atau mencari penghidupan saat aktif di organisasi ini," tegas Istibsyaroh.
Saat ditanya kapan berakhirnya penggalangan koin muktamar, dia sambil tersenyum menampakkan wajah asrinya nan manis seraya mengucapkan: "Akhir bulan Februari, kami menargetkan selesai. Semua lembaga yang ada di kecamatan Guluk-Guluk akan kami sadari dan datangi," lanjutnya.
Sementara itu, pihak lembaga sendiri sangat mengapresiasi dan memberikan dukungan penuh terhadap gerakan yang menyasar lembaga pendidikan. Hal ini nampak jelas saat pengasuh dari kedua lembaga, Kiai Nurul Yaqin dan Kiai Raziqin juga terlibat dalam pengumpulan koin tersebut.
"Setidaknya bisa turut serta dalam membangun NU. Mari sama-sama dorong kemandiriannya. Butuh kesadaran bersama," ungkap beliau berdua yang hampir sama menyampaikan dukungan mengenai gerakan Koin muktamar.
Istibsyaroh tampak tersipu atas apresiasi kedua kiai tersebut. Dukungan atas gerakan pengabdiannya sangat dibutuhkan. Sebab, itu bagian energi positif dalam berorganisasi.
"Dukungan dan doa kiai adalah penyuplai energi kami sebagai pemuda. Sebab, pemuda sering diuji dengan kemalasan. Kita wajib melawan kemalasan hidup, utamanya dalam mengabdi di NU," tukasnya.
Kontributor: Hairul Anam
Editor: Aryudi AR
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua