Nasional

Koruptor Asli, Tubuh Kita Palsu

Kamis, 10 Januari 2013 | 07:30 WIB

Jakarta, NU Online
PBNU menggelar refleksi awal tahun 2013. Isinya mengurai kondisi Tanah Air yang masih jauh dari ideal. Baik di bidang budaya, politik, ekonomi, ataupun pendidikan. Bidang-bidang tersebut dikritik untuk perbaikan supaya di tahun-tahun mendatang lebih baik.
<>
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyampaikan refleksi dengan tema Visi NU 2013. Ia didampingi Wakil Ketua H. Asad Said Ali, Ketua PBNU Maksum Mahfudz, dan Sekretaris Lembaga Perekonomian NU Mustholihin Madjid, Rabu (9/1).

Setelah pidato, Kang Said, kembali menambahkan renungan. “Ada tambahanrenungan,” ujarnya.

Ia berkata, bangun tidur, kita minum Aqua, 74 persen sahamnya milik Danone Prancis atau minum teh Sariwangi, 100 persen sahamnya milik Unilever Inggris, atau minum susu merk SGM, milik Sari Husada yang 88 persen sahamnya dikuasai Ninoco Belanda.

Lalu, mandi dengan menggunakan sabun Lux, dan menyikat gigi dengan pasta gigi Pepsodent Unilever inggris. Makan pagi dengan beras impor dari Thailand. Gulanya juga impor. Santai sejenak.

“Usai makan, rokonya Sampoerna 97 persen milik Philip Morris Amerika. Keluar rumah naik motor, ya buatan Jepang. Setibanya di kantor, nyalain AC buatan Jepang juga.”

Menggunakan komputer dan ponsel dengan operator Indosat, XL, Telkomsel; semuanya millik asing, Qatar, Singapura, dan Malaysia. Belanja di Carfefour, punya Prancis. Kalau begitu, ke Alfa deh, 75 millik Carrefour. Bagaimana dengan Giant? Ini punya Dairy Farm.

Malaysia sama dengan Hero. Malam-malam iseng ke Circle K, dari Amerika. Kemudian ambil uang di ATM BCA, Danamon, BII Bank, Niaga.

“Ah, semuanya sudah milik asing walaupun namnya masih Indonesia.”

Bangun rumah memakai semen Tiga Roda, Indocement sekarang sudah milik Heidelberg Jerman 61 persen, semen Gresik milik Cemex Meksiko semen Cibinong punyanya Holcim Swiss. Lalu, BB Anda pun buatan Kanada.

“Jadi yang paling asli mana? Hanya koruptor di negeri ini yang asli Indonesia,” pungkasnya.

Redaktur : Hamzah Sahal
Penulis    : ABdullah Alawi