Kunjungi PBNU, Dubes Maroko Undang Gus Yahya ke Majelis Hasaniyah Akhir Ramadhan
Selasa, 21 Maret 2023 | 16:15 WIB
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf saat menerima Duta Besar Maroko untuk Indonesia Ouadia Benabdellah di Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, pada Selasa (21/3/2023) siang. (Foto: NU Online/Suwitno)
Aru Lego Triono
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) diundang untuk menghadiri acara rutin tahunan yakni Majelis Hasaniyah di Maroko, pada akhir Ramadhan.
Undangan untuk Gus Yahya itu disampaikan langsung oleh Duta Besar Maroko untuk Indonesia Ouadia Benabdellah di Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, pada Selasa (21/3/2023) siang.
"Saya diundang untuk menghadiri acara tahunan di Maroko di akhir Ramadhan, di acara Majelis Hasaniyah yaitu pertemuan di antara para ulama Maroko untuk membicarakan berbagai hal," ucap Gus Yahya kepada NU Online, usai melangsungkan pertemuan dengan Oudia Benabdellah.
Selain akan dihadiri para ulama Maroko, Majelis Hasaniyah juga akan dihadiri oleh Raja Maroko Muhammad bin al-Hassan atau Muhammad VI.
Namun, Gus Yahya belum bisa memastikan dirinya hadir di acara itu. Ia terlebih dulu akan mengonsultasikan undangan ini kepada Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar untuk mendapat izin berangkat ke Maroko.
"Kalau diizinkan insyaallah saya akan menghadiri undangan itu," ucap Gus Yahya.
Di Maroko nanti, Gus Yahya berencana akan menyampaikan hasil dari pertemuan para ulama dunia di Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I yang digelar pada 6 Februari 2023 di Surabaya, Jawa Timur.
"Saya akan menyampaikan apa yang menjadi hasil dari Muktamar Internasional Fiqih Peradaban yang kemarin kita selenggarakan untuk didiskusikan oleh para ulama di Maroko, kalau memang jadi berangkat," katanya.
Sementara itu, Dubes Maroko Ouadia Benabdellah mengaku merasa terhormat apabila Gus Yahya bisa berkunjung dan menghadiri Majelis Hasaniyah. Sebab menurutnya, Maroko dan Indonesia memiliki kedekatan.
"Maroko itu dekat dengan Indonesia dan bangsa Indonesia secara sejarahnya. Insyaallah dekat juga secara dakwahnya," kata Benabdellah.
Sebagai informasi, Raja Maroko Muhammad VI memiliki kebiasaan pada setiap Ramadhan, sebulan penuh, untuk mengundang para ulama di berbagai belahan dunia untuk mengikuti ceramah ilmiah keagamaan yang dihelat di Istana kerajaan. Mereka dibagi dalam dua gelombang yakni pada 1-14 Ramadhan dan 15-27 Ramadhan.
Dilansir Republika, tradisi mengisi Ramadhan dengan kegiatan ilmiah di Istana sudah berlangsung lama di Maroko, yakni sejak masa Sultan Hasan I (1873-1894) sampai sekarang.
Terhitung sejak 1963, dua tahun setelah Hasan II dinobatkan sebagai Raja (1961), tradisi ini tidak pernah terputus. Hanya sekali, pada 1978, sempat ditiadakan meski tamu undangan sudah berdatangan, karena sang Raja sakit dan menjalani operasi.
Nama Majelis Hasaniyah atau Hassanian Lectures lekat dengan Raja Hasan II karena dialah yang menghidupkan kembali tradisi ini dan mengembangkannya. Tidak jarang sang raja tampil menjadi pembicara, atau terlibat langsung dalam diskusi dan debat keagamaan dengan narasumber.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad
Judul berita ini telah diedit pada Selasa, 21 Maret 2023 pukul 20.19 WIB.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
2
Cerita Rayhan, Anak 6 Tahun Juara 1 MHN Aqidatul Awam OSN Zona Jateng-DIY
3
Peran Generasi Muda NU Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045 di Tengah Konflik Global
4
Luhut Binsar Pandjaitan: NU Harus Memimpin Upaya Perdamaian Timur Tengah
5
OSN Jelang Peringatan 100 Tahun Al-Falah Ploso Digelar untuk Ingatkan Fondasi Pesantren dengan Tradisi Ngaji
6
Pengadilan Internasional Perintahkan Tangkap Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant atas Kejahatan Kemanusiaan
Terkini
Lihat Semua