Nasional

LAZISNU Kembangkan Sistem Pengelolaan Berbasis Teknologi Informasi

Rabu, 24 Februari 2016 | 12:32 WIB

Jakarta, NU Online
Lembaga Amil, Zakat, Infaq dan Shodaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) terus berbenah terkait penjemputan, pengelolaan, dan pen-tashorufan (pemanfaatan) zakat, infaq, dan shodaqoh yang berbasis teknologi informasi. Terkait dengan hal ini, LAZISNU menyelenggarakan seminar prapeluncuran NU-Care dengan tema “Zakat, Infaq, dan Shodaqah di Era Ekonomi Digital” di lantai 8 kantor PBNU siang tadi (24/2). 

“NU-Care LAZISNU akan menggunakan sistem yang baru. Semuanya berbasis IT. Mulai sistem keuangan sampai dengan sistem penjemputan zakatnya. Mau tidak mau karena ini era digital, kita harus menggunakan IT,” papar Syamsul Huda, Ketua LAZISNU, saat diwawancarai NU Online di kantor LAZISNU, lantai 2 Gedung PBNU.

Acara tersebut menghadirkan narasumber Muliaman D. Hadad (Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK)), Victor Rindanaung (pendiri My Coconut), Jaja Jaelani (Dirjen Pembinaan Zakat Kemenag RI), dan Nasir Tajang (Baznas). 

“Kita akan menciptakan sistem yang baru. Semisal dalam hal pen-tasarufan zakat, ketika berhubungan dengan kesehatan maka yang bekerja sebagai partner adalah LKNU, ketika yang berhubungan dengan beasiswa pesantren maka bisa dengan RMI. Jadi semua ada kantongnya masing-masing dan terintegrasi,” kata Syamsul Huda.

Dalam kesempatan tersebut Muliaman menjelaskan bahwa problem terbesar kenapa banyak orang yang tidak mau zakat, infaq, dan shodaqoh di lembaga-lembaga zakat adalah tidak adanya kepercayaan muzakki (orang yang wajib zakat) terhadap lembaga tersebut. Ia menambahkan bahwa kalau seandainya lembaga zakat itu dikelola dengan profesional, transparan, dan akuntabel, maka orang akan berbondong-bondong untuk berzakat di lembaga amil tersebut.

“Kalau seandainya LAZISNU dikelola dengan lebih baik, maka akan banyak yang zakat,” ujar Muliaman.

Sementara itu, Victor Rindanaung menegaskan bahwa LAZISNU memiliki potensi yang besar untuk menjemput, mengelola, dan memanfaatkan dana zakat. “NU itu kan punya warga sekitar 84 jutaan. Kalau seandainya mereka zakat semua, itu akan sangat luar biasa,” kata Victor.

Acara prapeluncuran tersebut juga dihadiri oleh 18 mahasiswa asal Afganistan yang mendapatkan beasiswa dari NU-Care LAZISNU. Mereka belajar di Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang. (Ahmad Muchlishon/Mukafi Niam)