Nasional

LKK PBNU: Pasutri Dituntut Panjang Akal untuk Pertahankan Keluarga

Jumat, 16 Maret 2018 | 13:00 WIB

Jakarta, NU Online 
Sekretaris Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Alissa Wahid mengatakan, penyebab perceraian pada perkawinan adalah ketidakmampuan pasangan suami istri (pasutri) dalam mengelola dinamika kehidupan rumah tangga mereka.

Tantangan hidup yang makin berat, kata Alissa, pasutri dituntut untuk matang dan panjang akal. 

“Sayangnya banyak pasutri tidak siap untuk itu. Yang muncul: sikap saling menuntut dan ketidakpuasan. Lalu mudah menyerah,” katanya ketika dihubungi NU Online dari Jakarta, Kamis (15/3). 

Jika terjadi tantangan dalam rumah tangga, Alissa menganjurkan agar pasutri tidak mudah menyerah. 

“Mampu mengelola hubungannya,” lanjutnya.  

Lebih lanjut Alissa mengatakan, ada petunjuk bahwa lelaki dan perempuan adalah setara dan hanya dibedakan karena ketakwaannya. Banyak pasutri tidak paham juga adanya perintah untuk muasyarah bil ma'ruf serta bermusyawarah.

Sebagaimana diketahui, Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI mengatakan, angka perceraian di Indonesia masih sangat tinggi. Dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada 2016 misalnya, perceraian terjadi pada sekitar 350.000 pasangan.  

Menurut Direktur Jenderal Bimas Islam Muhammadiyah Amin faktor penyebab perceraian banyak hal, di antaranya adalah pengetahuan pasangan dalam perkawinan itu sendiri. Faktor lain adalah ekonomi. 

“Salah satu penyebabnya, memppelai tidak tahu samawa (sakinah mawadah wa rahmah, red.); yang lebih parah, ketika biduk rumah tangga terkena gelombang, bercerai,” katanya saat membuka Pelatihan In-dept Reporting untuk Media Online di Jakarta Pusat, Rabu (14/3) malam. (Abdullah Alawi)