Jakarta, NU Online
Memasuki musim hujan, masyarakat di pengungsian terdampak gempa bumi Lombok harus mewaspadai sejumlah gangguan penyakit yang mungkin timbul. Muhammad Makki Zamzami dari klaster kesehatan NU Peduli menjelaskan, beberapa penyakit yang harus diwaspadai adalah varisela (cacar), ISPA, dan diare.
Salah satu penyebab mudahnya muncul penyakit-penyakit itu, kata Makki karena para pengungsi harus tinggal di pengungsian yang sempit dan seadanya.
Menurut Makki, tren penyakit dialami warga di pengungsian yang sangat tinggi adalah ISPA. Dalam dua bulan pelayanan kesehatan, Tim menemukan bahwa ISPA sangat mudah menular.
“Dalam satu pengungsian ada lima orang di tenda ukuran 2x2 meter,” ujar Makki, di Ruang LKNU Gedung PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat, Rabu (26/9) petang.
Penyakit berikutnya adalah diare. Diare terjadi karena buruknya sanitasi di pengungsian. Saat ini tren diare mulai menurun walaupun masih tetap nomor satu di setiap titik layanan.
Adapun malaria sempat menjangkiti banyak pengungsi. Hal itu karena warga tidur di luar rumah dan di beberapa titik merupakan daerah endemik malaria. "Warga sangat mudah terpapar gigitan nyamuk, ini sangat perlu menjadi perhatian,” imbau Makki.
Nyamuk penyebab malaria, sambung Makki, termasuk mudah berkembang biak di beberapa titik, dan bisa jadi mengarah ke kejadian luar biasa (KLB) kalau jumlahnya terus meningkat.
Untuk mencegah penularan penyakit-penyakit tersebut, Tim NU Peduli selain memberikan pelayanan pengobatan, juga memberikan edukasi melalui promosi hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Dari klaster kesehatan, melibatkan tenaga yang sangat andal sehinga memberikan keberlangsungan secara edukasi maupun kuratif oleh Tim," kata Makki.
Selain itu, Tim juga merancang program mengedukasi masyarakat untuk proteksi terhadap gigitan nayamuk dengan penyediaan kelambu untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk mengurangi penyebaran dari malaria.
“Cacar juga kita cegah dengan kesadaran konsumsi makanan dan vitamin agar daya tahan tubuh tidak terinfeksi. Ini upaya secara langsung untuk mencegah penyebaran infeksi," tambahnya.
Tim NU Peduli melakukan pelayanan kesehatan sejak bulan Agustus hingga enam bulan setelah gempa pertama terjadi. Hingga 14 September Tim melibatkan 75 tenaga medis dan paramedic serta menangani 7500 warga. (Kendi Setiawan)