Jakarta, NU Online
Kementerian Agama telah melakukan serangkaian kegiatan dalam rangka peringatan hari santri. Salah satunya adalah Pencanangan Budaya Nasional Menulis Mushaf Al-Quran yang digelar pada 12 Oktober 2016 lalu.
Kegiatan ini dilakukan serentak di seluruh Indonesia yang diikuti oleh sekitar 40.128 santri pondok pesantren. Dari kegiatan ini, dihasilkan mushaf Alquran yang disebut dengan MUSHAF SANTRI. “Mushaf ini akan diserahterimakan kepada Presiden Jokowi pada puncak perayaan Hari Santri malam ini di Serang Banten,” kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Setjen Kementerian Agama Mastuki Sabtu melali siaran pers (22/10).
Selain penulisan mushaf, Kemenag juga menggelar Lomba Fotografi dan Cerpen Pesantren dengan tema “Dari Pesantren untuk Indonesia” yang diikuti kalangan pondok pesantren dan kalangan umum. Setidaknya ada 4.025 (empat ribu dua puluh lima) naskah cerpen yang diterima panitia dan telah dinilai tim juri yang terdiri dari KH A. Mustofa Bisri (Pengasuh Raudlatut Thalibin Rembang), Triyanto Triwikromo (cerpenis), dan Putu Fajar Arcana (Redaktur Kompas).
“Setidaknya ada 347 jepretan foto dan telah dinilai oleh Tim Juri yang terdiri atas Bapak Oscar Motuloh (Kurator Galeri Foto Antara), Tubagus P. Svarajati (kritikus foto), dan Rukardi Achmadi (Redaktur Pelaksana Suara Merdeka),” ujar Mastuki.
Puncak peringatan Hari Santri 2016 dilakukan bersamaan dengan pembukaan Pekan Olahraga dan Seni Antar Pondok Pesantren (Pospenas) ke-VII di Serang-Banten. Pospenas telah dilakukan secara berkala di Indramayu Jawa Barat (2001), Palembang Sumatera Selatan (2003), Sumatera Utara (2005), Kalimantan Timur (2007), Surabaya Jawa Timur (2010), dan Gorontalo (2013).
Gelaran Pospenas menjadi salah satu bentuk afirmasi Pemerintah terhadap pemberdayaan santri pondok pesantren. Kegiatan ini dilakukan secara kolaboratif oleh sejumlah kementerian yang tergabung dalam Panjatapnas (Panitia Kerja Tetap Nasional) yakni Kementerian Agama, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pariwisata, dan Kementerian Dalam Negeri, di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Melalui Pospenas, diharapkan lahir para seniman dan olahragawan yang berasal dari pondok pesantren, yakni para seniman dan olahragawan yang memiliki militansi nilai nilai kesantrian, yaitu: kejujuran, sportifitas, serta semangat juang untuk bangsa, negara dan agama. (Red: Abdullah Alawi)