Nasional

Musik Percepat Antarkan Pendengarnya menuju Hakikat?

Jumat, 9 Maret 2018 | 05:00 WIB

Jakarta, NU Online 
Di dalam literatur ajaran Islam, musik yang menjadikan seseorang yang memainkannya atau penikmatnya lupa pada kewajiban shalat, dzikir, diharamkan oleh para fuqaha (ahli fiqih), tetapi sebaliknya jika mengantarkan pada kebenaran, kepada hal-hal baik, bisa dibolehkan. 

Menurut Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, musik yang mengantarkan yang memainkan dan pendengarnya menjadi seseorang yang berhati lembut, melupakan dendam, takabur, benci, hasud, permusuhan, fitnah, itu sangat terpuji. 

“Kata salah seorang waliyullah besar, sufi besar Al-Imam Dzu Nun Al-Mishri yang yang wafat tahun 245 Hijriyah, musik itu suara kebenaran, suara hak, yang palsu itu dari mulut. Bohong itu mulut. Musik tidak ada yang bohong. Suara kebenaran yang bisa menggugah hati manusia menuju Allah, menuju kebenaran,” kata Kiai Said di Gedung PBNU, Jakarta, Kamis, (8/3). 

Ia melanjutkan kutipan Al-Imam Dzu Nun Al-Mishri, barangsiapa mendengarkan suara musik dengan betul-betul mencapai hakikat, dengan tujuan positif, dia akan mencapat kepada hakikat. Tapi barangsiapa mendengarkan musik dengan syahwat, dia akan pada ke-zindiq-an. 

“Walhasil, menurut ajaran sufi, beberapa, tidak semuanya, musik mempunyai peran yang sangat penting di dalam memperhalus, mempertajam, mencerdaskan emosi, dzauq, intuisi, dengan cepat menuju ma’rifat, mendakatkan diri kepada Allah,” lanjutnya. 

Kiai Said menyebutkan, adiknya Imam Al-Ghazali, Ahmad Al-Ghazali menulis kitab Sirrul Asrar. Di dalam kitab itu di antaranya diterangkan lobang-lobang di dalam seruling itu ada artinya, ada capaian maqom (tingkatan) di tiap lobang dari terrendah hingga tertinggi. 

Ia juga menyebut tarekat menggunakan media musik, di antaranya Maulawiyah yang didirikan oleh Maulana Jalaluddin Ar-Rumi. Di dalam tarekat itu, penganutnya berdzikir disertai suara seruling. 

“Supaya mempercepat dzauq, nyambung, mempercepat wushul (sampai), mempercapat hati, emosi, spiritual, tajam sehingga wushul kepada hakikat,” jelasnya.

Makanya sampai sekarang, kata Kiai Said, di pusara Maulana Jalaluddin Ar-Rumi di Turki, suara seruling terus-menerus tedengar, sayup-sayup. 

“Itulah pendapat para sufi yang melihat musik dari sisi positif,” katanya. (Abdullah Alawi)