Nama Bulan Kelima Hijriah, Jumadal Ula, Jumadil Ula, Jumadal Awwal, atau Jumadil Awwal, Mana yang Betul?
NU Online · Rabu, 5 November 2025 | 10:00 WIB
Jakarta, NU Online
Berbeda dengan bulan-bulan lainnya, bulan kelima Hijriah ini disebut dengan paling tidak tiga nama. Ada yang menyebutnya Jumadal Ula, Jumadil Ula, Jumadal Awwal, atau Jumadil Awwal. Di antara keempatnya, mana yang sebetulnya benar?
Ustadz Tatam Wijaya menjelaskan penyebutan Jumadi tidaklah tepat. Pasalnya, mengutip penjelasan Shalahuddin Khalil dalam Tashhih al-Tashif, kata dengan wazan fu'ali diakhiri dengan ha lazimah, menjadi Jumadiyah. Hal ini seperti kata Qurasyiyah dan Shurahiyah.
"Banyak orang yang menyebutnya dengan Jumadil Ula, namun menurut morfologi Arab penyebutan itu dipandang lemah," tulisnya sebagaimana dikutip dari artikel berjudul Bulan Kelima: Jumadil Awwal, Jumadil Ula, atau Jumadal Ula? pada Rabu (5/11/2025).
Lebih lanjut, Ustadz Tatam menyampaikan bahwa penyebutan Jumadal Awwal juga tidak tepat. Pasalnya, kata awwal yang berarti ‘pertama’ itu bersifat mudzakkar yang secara otomatis tidak bisa menyifati Jumada yang berkategori muannats.
"Hal ini diperkuat oleh al-Farra yang menyatakan, semua nama bulan Arab terkategori mudzakkar (maskulin) kecuali Jumadal Ula dan Jumadal Akhirah," tulisnya mengutip Muhammad ibn al-Mustanir ibn Ahmad dalam kitabnya berjudul al-Azminah wa Talbiyatul Jahiliyyah.
"Sehingga bentuk kata sifat yang tepat untuk menyifati jumada bukan al-awwal, melainkan al-ula yang berbentuk muannats," lanjut Ustadz Tatam.
Ia juga menjelaskan bahwa penamaan bulan Jumadal Ula juga, seperti dikatakan Abu Sa'id, dilatarbelakangi oleh musim yang terjadi pada bulan tersebut, yaitu musim dingin (syita).
"Jumada sendiri berasal dari kata jamada, yang berarti ‘beku’ sesuai dengan keadaan air yang beku di musim dingin," tulisnya mengutip Ibnu Manzhur dalam Lisanul ‘Arab dan al-Harawi dalam Tahdzib al-Lughah.
Jumadal Ula, kata Ibnu Duraid, memiliki sebutan lain di zaman Jahiliyah, yaitu al-Hanin, Rubba, Syaiban, dan Kanun al-Awwal. Sementara bulan Jumadal Akhirah disebut juga dengan nama Milhan dan Kanun al-Akhir.
"Kata syaiban dan milhan ini dapat ditelusuri dari kata syaib yang berarti ‘uban’, dan kata milh yang berarti ‘garam.’ Keduanya menggambarkan keadaan salju di musim dingin yang putih seperti uban atau garam dan terjadi di bulan Jumadal Ula dan Jumadal Akhirah," terangnya mengutip Abu al-Hasan dalam al-Mukhashish.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
6
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
Terkini
Lihat Semua