Pascabanjir di Aceh, Warga Sangat Butuh Alat Berat dan Bantuan Pangan
NU Online · Sabtu, 27 Desember 2025 | 09:00 WIB
Ilustrasi: warga Aceh Tamiang masih bertahan hidup dengan kondisi apa adanya. (Foto: NU Online/Helmi)
Ayu Lestari
Kontributor
Aceh, NU Online
Warga terdampak banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah Aceh hingga kini masih mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, terutama pangan dan sarana pembersihan lingkungan. Sejumlah gampong dilaporkan masih membutuhkan bantuan logistik dan alat berat, di antaranya Gampong Kubu, Gampong Paya Rabo Lhok, Gampong Krueng Aji, dan Gampong Paloh Raya.
Warga masih bertahan di posko pengungsian, sementara sebagian lainnya memilih tinggal di rumah yang masih dapat dihuni meski dalam kondisi terbatas.
Ketua Umum DPD Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Aceh, Khairul, mengatakan pihaknya telah menyalurkan berbagai bantuan bagi warga terdampak banjir.
“Kami telah mengirimkan bantuan berupa sembako, cangkul, sekop, pakaian anak, selimut, pakaian dalam, serta peralatan masak untuk warga terdampak banjir,” ujar Khairul kepada NU Online, Sabtu (27/12/2025).
Selain bantuan logistik, Khairul menyebutkan bahwa pembangunan jembatan penghubung juga telah dilakukan untuk memperlancar distribusi bantuan ke wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau.
“Jembatan Awe Geutah menuju Teupin Reudep sudah bisa digunakan. Untuk jalur Banda Aceh–Medan, saat ini sudah tidak macet, meskipun masih diberlakukan sistem buka-tutup setiap satu jam,” katanya.
Sementara itu, warga Desa Bundar, Kecamatan Karang Baru, Muhammad Hendra Vramenia, mengungkapkan bahwa sebanyak 216 desa masih mengalami kekurangan bahan pokok. Desa-desa tersebut diklasifikasikan ke dalam tiga kategori dampak, yakni ringan, sedang, dan berat.
“Untuk kategori ringan, rumah warga masih bisa dihuni. Sementara kategori sedang dan berat, rata-rata rumah sudah tergenang air, tertimpa kayu gelondongan, bahkan sebagian hanyut,” tutur Hendra.
Ia menegaskan bahwa kebutuhan paling mendesak bagi warga Aceh, khususnya di Desa Babo dan Desa Pantai Cempa (Kecamatan Bandar Pusaka), Desa Sekumur (Kecamatan Sekerak), serta Desa Pematang Durian, adalah penyediaan alat berat.
“Kami sangat membutuhkan alat berat untuk membersihkan endapan lumpur yang tebal di rumah-rumah warga. Kami sudah hampir dua bulan menunggu bantuan dari pemerintah yang belum juga datang. Akhirnya saya dan warga patungan untuk menyewa alat berat,” ujarnya.
Selain persoalan pembersihan pascabanjir, Hendra juga menyoroti belum stabilnya harga kebutuhan pokok di wilayah terdampak.
“Harga sembako masih tinggi. Saat ini harga cabai merah sekitar Rp27 ribu per kilogram, bawang merah Rp53 ribu, bawang putih Rp36 ribu, dan telur Rp58 ribu,” pungkasnya.
============
Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id.
Terpopuler
1
Gus Yahya Ajak Seluruh Pengurus NU Siapkan Muktamar Ke-35 sebagai Jalan Terhormat dan Konstitusional
2
Pertemuan Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah di Lirboyo Putuskan Muktamar Ke-35 NU Bakal Digelar Secepatnya
3
KH Miftachul Akhyar Undang Rapat Konsultasi Syuriyah dengan Mustasyar PBNU di Pesantren Lirboyo
4
Gus Yahya Tanggapi KH Miftachul Akhyar soal AKN-NU, Peter Berkowitz, hingga Dugaan TPPU
5
KH Miftachul Akhyar Sampaikan Permohonan Maaf terkait Persoalan di PBNU
6
Khutbah Jumat: Rajab, Shalat, dan Kepedulian Sosial
Terkini
Lihat Semua