Pengakuan Belanda tentang Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 Perlu Direspons Positif
NU Online · Sabtu, 17 Juni 2023 | 20:00 WIB

Gerilyawan divisi Siliwangi di Jawa Barat, 26 April 1949. Beberapa berikrar tetap gondrong sampai Belanda pergi. (Foto: Twitter Potret Lawas)
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Hal tersebut disampaikan dalam sebuah pertemuan dengan parlemen Belanda.
Sejarawan Johan Wahyudi menyebut bahwa hal tersebut perlu direspons positif, tetapi dengan tetap hati-hati dan tidak dengan menunjukkan sikap jumawa.
"Kabar ini harus disikapi dengan hati-hati. Bukan hal yang harus jumawa. Merespons dengan baik positif saya kira perlu," kata Johan kepada NU Online pada Sabtu (17/6/2023).
Baca Juga
NU Berdiri untuk Kemerdekaan Indonesia
"Jangan menunjukkan menang dan diuntungkan sejarah," terang pemegang gelar doktor perdana dari Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta itu.
Menurutnya, tanpa kehadiran Belanda, Indonesia juga bisa merdeka. Terbukti Indonesia bisa mempertahankan kemerdekaan kita sampai hari ini. Indonesia lebih besar dari sekadar pengakuan Belanda.
"Jangan jadikan Belanda ini sebagai faktor penentu bahwa Indonesia martabatnya besar karena diakui Belanda itu tidak," katanya.
Dia mengingatkan bahwa perjuangan bangsa Indonesia jauh lebih dari sekadar pengakuan itu. "Tapi martabat Indonesia besar karena sudah melawan sudah berkorban sudah berani bertumpah darah untuk memperjuangkan tanah airnya," lanjutnya.
Lebih jauh, Johan menyampaikan bahwa langkah konkret dari pernyataan tersebut adalah perlunya respons dari pihak terkait. Akademisi, misalnya, perlu bersuara untuk mengedukasi masyarakat bahwa sejarah itu memang perlu diingat.
"Kebanyakan bangsa asing saja masih menganggap penting masa pendudukan mereka di negeri seberang dalam hal ini Indonesia," katanya.
Oleh karena itu, Johan menegaskan perlunya penguatan sejarah kepada masyarakat adalah bentuk upaya agar bangsa Indonesia dapat lebih bangga dan percaya diri untuk membangun negeri.
"Dan kita sebagai orang Indonesia harusnya lebih bangga lagi dan lebih tergerak untuk mempelajari sejarah bangsa kita dan menjadikannya inspirasi bagi pembangunan nasional di era kekinian," pungkas dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Jangan Ikut Campur Urusan Orang, Fokus Perbaiki Diri
2
Khutbah Jumat: Pentingnya Amanah dan Kejujuran di Tengah Krisis Kepercayaan Publik
3
Khutbah Jumat: Menjadi Hamba Sejati Demi Ridha Ilahi
4
3 Instruksi Ketum PBNU untuk Seluruh Kader pada Harlah Ke-91 GP Ansor
5
Khutbah Jumat: Pentingnya Menjauhi Lingkungan Pertemanan yang Toxic
6
Ketum GP Ansor Kukuhkan 100.000 Banser Patriot Ketahanan Pangan, Tekankan soal Kemandirian
Terkini
Lihat Semua