Nasional LITERASI DIGITAL

Pentingnya Pijakan Aswaja An-Nahdliyah dalam Penguatan Literasi Digital

Sabtu, 16 Juli 2022 | 17:30 WIB

Pentingnya Pijakan Aswaja An-Nahdliyah dalam Penguatan Literasi Digital

Kegiatan sosialisasi literasi digital yang digelar Lakpesdam PWNU NTT, Kamis (16/7/2022).

Kupang, NU Online

Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) mendapat giliran melaksanakan program literasi digital nasional, Kamis (16/7/2022). Kementerian Komunikasi dan Informatika menggandeng Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PWNU NTT.


Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf turut memberikan sambutan secara virtual. Ia menegaskan bahwa tradisi ilmu-ilmu yang dibawa oleh para ulama menjadi modal penting dalam mengarungi belantara digital di dunia maya.


“Warisan ulama dari generasi ke generasi yang berujung pada sumber Rasulullah saw,” ujar Gus Yahya seraya menekankan gerakan literasi digital hendaknya dapat mewujudkan peradaban kemanusiaan yang penuh dengan maslahat.


Senada, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Sumuel Abrijani Pangerapan menjelaskan bahwa Kemkominfo ditugaskan oleh Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang cakap digital.


Menurutnya, kecakapan digital penting dimiliki setiap orang mengingat konten-konten negatif sering bertebaran di dunia maya.


“Peningkatan penggunaan teknologi ini perlu diimbangi dengan kapasitas literasi digital yang mumpuni agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi dengan produktif, bijak, dan tepat guna,” ucap Samuel.


Salah seorang pengurus Lakpesdam PBNU, Septa Dinata menekankan pijakan Aswaja An-Nahdliyah dalam penguatan literasi digital kepada masyarakat pengguna internet. Di Nahdlatul Ulama, tegasnya, mempunyai dasar dalam mempertahankan tradisi lama yang baik, mengambil tradisi baru yang lebih baik.


Menurut Septa, memperkuat sikap kemasyarakatan NU juga diperlukan dalam mengisi dan menyikapi perkembangan informasi di dunia maya. Sikap kemasyarakatan NU ialah tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang, proporsional), dan i’tidal (adil, tegak lurus).


“Perkembangan media sosial di era digital menjadikan setiap orang sebagai kreator konten. Tanpa editor sehingga bebas menyebarkan informasi tanpa disaring terlebih dahulu. Di sini penting memegang teguh prinsip-prinsip Aswaja An-Nahdliyah,” tegas Septa Dinata.


Senada, Wakil Rais Syuriyah PWNU NTT, KH Masdriansyah menjelaskan bahwa kekuatan fikrah, harakah, dan amaliyah Nahdliyah bagi seluruh warga NU penting menjadi pegangan dalam mengarungi dunia digital.


“Kesamaan fikrah, harakah, dan amaliyah NU itu dapat mencegah terjadinya benturan, bahkan benturan antar-warga NU itu sendiri,” ujar KH Masdriansyah.


Sementara itu, perwakilan dari Polda NTT, AKBP Dody Eko Wijayanto yang juga Pembina Lakpesdan PWNU NTT menegaskan kepada masyarakat, khususnya warga NU agar tidak gagap teknologi.


Menurut Dody, literasi digital juga harus diperkuat dengan pemahaman hukum positif, dalam hal ini Undang-Undang ITE yang mengatur kehidupan masyarakat di dunia maya.


“Saluran digital juga ada aturannya, jangan sembarangan, jangan melecehkan, apalagi menghina dan menyebarkan kebencian,” tegas Dody.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Kendi Setiawan