Nasional

Program Menjadi Indonesia Tayang Perdana, Peneliti NU Asal Belanda Jadi Narasumber Pertama

Kamis, 15 Agustus 2024 | 18:00 WIB

Program Menjadi Indonesia Tayang Perdana, Peneliti NU Asal Belanda Jadi Narasumber Pertama

Akademisi Belanda Martin van Bruinessen bersama Pemimpin Redaksi NU Online Ivan Aulia Ahsan (kanan ke kiri) dalam program Menjadi Indonesia. (Foto: NU Online/Aji Dwi)

Jakarta, NU Online 

NU Online menghadirkan program baru dengan format wawancara eksklusif “Menjadi Indonesia” dengan host Ivan Aulia Ahsan, Pemimpin Redaksi NU Online. Wawancara ekslusif itu akan hadir melalui YouTube NU Online tiap dua pekan sekali. 


Direktur Utama NU Online Hamzah Sahal mengatakan, Menjadi Indonesia berupaya menggali dan merefleksikan gagasan para pakar tentang Indonesia. Untuk itu, program ini akan menghadirkan para ahli yang menggagas keindonesiaan dengan belajar pada sejarah, kebudayaan, sains, politik.


“Program Menjadi Indoneisa juga menjadi ruang bagi bagi generasi muda NU, tapi generasi Indonesia pada umumnya,” katanya di kantor redaksi NU Online, gedung PBNU, Jakarta, Kamis (15/8/2024). 


Edisi perdana Menjadi Indonesia ini, kata dia, menghadirikan Martin van Bruinessen, sosok yang punya keterlibatan pada masyarakat Indonesia, khususnya Islam, lebih khusus lagi NU. Sosok ini adalah seorang peneliti gaek asal Belanda, kelahiran 1946. 


Peneliti par excellence

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Noorhaidi Hasan, berpendapat bahwa Martin van Bruinessen adalah antropolog par excellence dan peneliti berdedikasi yang banyak memberikan perhatiannya terhadap isu-isu keislaman di Indonesia. 


“Karya beliau sangat banyak sekali, mulai dari karya yang membahas topik tentang tarekat Naqsyabandiyah, kitab kuning, pesantren, rakyat kecil dan Islam, Nahdlatul Ulama, konservatisme pasca-Soeharto, dan masih banyak lagi karya beliau yang meberikan pencerahan kepada kita tentang dinamika Islam di Indonesia,” kata alumnus Universitas Utrecht, Belanda, yang pernah dibimbing Martin van Bruinessen ini.


Menurut dia, karya-karya Martin van Bruinessen selalu menghadirkan detail-detail yang tajam tentang fenomena yang ditelitinya. Menurutnya, Martin berhasil meneropong fenomena itu dengan persepektif teoretik yang tajam yang memberikan pengetahuan baru bagi pembacanya untuk memahami tentang perkembangan Islam di Nusantara. 


“Sebagai muridnya saya sangat bangga pernah berguru dengan Profesor Martin van Bruinessen. Beliau selalu membimbing mahasiswanya dengan penuh ketekunan, kedisiplinan, dan sangat serius, sehingga kami bisa belajar banyak menimba pengetahuan dan juga cara bagaimana menjadi guru yang baik, menjadi peneliti yang berdedikasi, sekaligus seseorang yang memiliki rasa humanisme yang tinggi,” katanya.  


Anugerah dari PBNU dan Hubungan dengan Gus Dur 

Martin van Bruinessen menerima Anugerah 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) kategori internasional dari PBNU pada 2023 lalu atas sumbangan pemikiran tentang Islam di Indonesia melalui penelitiannya. Salah satu karyanya adalah Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat (1995).


Meski banyak menulis tentang pesantren, tapi menurutnya tidak berdasar pada kepintaran yang dimilikinya. Justru ia merasa banyak ditolong KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam penelitiannya. 


"Saya tidak bisa menulis kalau tidak ditolong oleh Gus Dur yang punya strategi untuk membuka mata NU ke dunia luar, dan membuka pintu pesantren supaya saya bisa masuk," katanya selepas menerima anugerah dari PBNU.


Pada kesempatan lain, di Yogyakarta, pada 3 Desember 2012, Martin van Brunessen pernah diwawancarai NU Online tentang sosok Gus Dur.  


“Gus Dur adalah pintu luar negeri untuk para peneliti asing salah satu yang dibawa Gus Dur adalah saya, sehingga santri tidak merasa minder lagi dengan orang asing dan bisa berdiskusi dengannya. Hal ini adalah jasa yang sangat luar biasa,” jelasnya di Yogyakarta.  


Sementara Gus Dur sendiri yang memberikan pengantar pada bukunya, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat (1995) mengatakan apa yang dilakukan Martin van Bruinessen menggambarkan intensitas pencarian kebenaran ilmiah yang sangat menarik.


“Penelusuran Martin Van Bruinessen atas isi karya-karya “ulama Jawi” itu membawanya kepada sebuah pengenalan yang unik akan respon adaptif dan kreatif oleh para ulama tersebut terhadap tantangan modernisasi yang dibawa peradaban modern dalam dua abad terakhir ini,” katanya pada pengantar itu.