A. Syamsul Arifin
Penulis
Jakarta, NU Online
Setelah menyelesaikan puasa Ramadhan, umat Islam dianjurkan melanjutkan berpuasa sunnah di bulan Syawal. Kendati sunnah, pahala puasa ini setara dengan berpuasa satu tahun, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi yang populer di kalangan Muslim.
Dalam melaksanakan puasa Syawal, niat mesti benar-benar diperhatikan. Karena niat merupakan salah satu faktor yang menentukan sah dan tidaknya puasa Syawal, sekalipun hukumnya sunnah.
Niat tempatnya di hati. Karena itu, saat berniat, seseorang di dalam hatinya mesti menyatakan maksud (qashad), dalam hal ini berpuasa Syawal. Untuk memantapkan hati, ulama menganjurkan seseorang untuk melafalkan niatnya.
Berikut lafal niat puasa Syawal:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwali lillahi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah.”
Wakil Sekretaris LBM PBNU Ustadz Alhafiz Kurniawan dalam artikelnya di NU Online menjelaskan lebih rinci mengenai niat puasa Syawal ini.
Dengan mengutip pendapat Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami, Ustadz Alhafiz menyatakan bahwa sebagian ulama mengharuskan ta'yin atau menyebut ‘puasa sunnah Syawal’ saat niat di dalam batinnya, sedangkan sebagian ulama lain menyatakan bahwa tidak wajib ta’yin.
Adapun pelaksanaan niat puasa Syawal dimulai dari masuknya Maghrib. Berbeda dengan puasa wajib, niat puasa Syawal ini masih dapat dilakukan di pagi hari hingga sebelum Zuhur sepanjang belum makan, minum, dan belum melakukan hal-hal lain yang membatalkan puasa, terhitung sejak terbit fajar pada hari berpuasa itu.
"Orang yang mendadak di pagi hari ingin mengamalkan sunnah puasa Syawal, diperbolehkan baginya berniat sejak ia berkehendak puasa sunnah saat itu juga. Karena kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib," tulis Ustadz Alhafiz Kurniawan, dikutip NU Online, Kamis (11/4/2024).
Adapun seseorang yang berniat di pagi hari hingga sebelum Zuhur, dianjurkan membaca lafal niat berikut ini:
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwali lillahi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Syawal hari ini karena Allah."
Waktu pelaksanaan puasa Syawal
Ustadz Alhafiz Kurniawan menjelaskan, idealnya puasa sunah Syawal enam hari dilakukan persis setelah Hari Raya Idhul Fitri, yakni pada 2-7 Syawal. Tetapi orang yang berpuasa di luar tanggal itu, sekalipun tidak berurutan, tetap mendapat keutamaan puasa Syawal seperti pahala puasa wajib setahun penuh.
Bahkan orang yang mengqadha puasa atau menunaikan nazar puasanya di bulan Syawal tetap akan mendapat keutamaan seperti mereka yang melakukan puasa sunnah Syawal. Saking besarnya keutamaan puasa ini, seseorang yang berhalangan melaksanakannya di bulan Syawal, dianjurkan mengqadhanya di bulan lain.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua