Jombang, NU Online
Rais Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia H Nadirsyah Hosen memandang perlu para santri mulai belajar menarasikan sejarah keislaman di sejumlah kitab klasik dengan tulisan lebih menarik.
Menurut pandangannya, demikian itu penting untuk menambah minat baca khalayak tentang sejarah Islam saat ini. Lantaran terkait materi sejarah Islam hingga saat ini mayoritas ditulis dengan narasi yang datar, ini tentu membuat pembaca cenderung bosan.
"Nah teman-teman di pondok mesti belajar (menarasikan isi kitab sejarah) dengan lebih menarik," ungkapnya saat acara bedah buku dengan judul Islam Yes, Khilafah No di Aula Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, Minggu (22/4).
Materi sejarah keislaman yang ditulis oleh para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) di kitab klasik cukup banyak. Santri dapat mengoleksinya di beberapa tempat, seperti perpustakaan dan lain sebagainya.
"Materi kita kaya, misal kisah-kisah yang ditulis Imam At-Thobari di salah satu karyanya Tafsir At-Thobari dan sebagainya. Itu bisa kita narasikan dengan lebih menarik," ujarnya.
Menulis ulang muatan sejarah Islam masa lampau dengan bahasa kekinian (lebih menarik) bukan berarti mengubah isi dari cerita tersebut. Hanya saja untuk lebih membuat pembaca lebih betah saat hendak mambaca sejarah.
"Ceritanya kita tidak ubah, namun hanya untuk menarasikannya lebih menarik," jelas dia. (Syamsul Arifin/Muiz)