Solo, NU Online
Partai final yang dimenangkan Nurul Khairat Balikpapan Kalimantan Timur dengan skor 2-1 atas Nurul Fajri Majalengka perwakilan region Jawa Barat 1 resmi mengakhiri gelaran Liga Santri Nusantara 2018 (LSN) yang bergulir di kota Solo sejak 1 Oktober lalu.
Saat membuka partai final di Stadion Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, Ahad (7/10), Ketua Umum Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) KH Abdul Ghoffar Rozin mengatakan, sepak bola adalah cabang olahraga yang paling populer di pesantren, tidak ada pesantren yang santrinya tidak bermain sepak bola.
“Mungkin kalau kita mencari pesantren yang tidak bermain badminton banyak. Tapi kalau pesantren tidak main bola, saya kira diragukan kepesantrenanya,” canda Gus Rozin, sapaan akrabnya.
Direktur Liga Santri Nusantara itu menyebut LSN yang diikuti oleh ribuan santri ini semakin menunjukkan bahwa keberadaan santri dan pesantren di Indonesia benar-benar besar. Dari tahun ke tahun penyelenggaraan LSN dinilai semakin professional. Sehingga kepercayaan dari Kemenpora, dunia sponsor, pihak swasta, setiap tahun semakin meningkat.
“Dan kewajiban kita semua untuk senantiasa meningkatkan kualitasnya. Tidak hanya meningkatkan jumlah peserta, tetapi juga meningkatkan kualitas kompetisi,” katanya.
Kesuksesan dan keberhasilan LSN, menurut Gus Rozin, tidak lepas dari kerjasama berbagai pihak. Diantaranya, Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, Pengurus Pusat RMINU, Panitia Nasional, Regional, dan Lokal, dan pesantren-pesantren yang mengirimkan kesebelasannya.
“Ini semua tidak lain dan tidak bukan disebabkan oleh berkah pesantren, berkah para santri dan berkah kiai yang senantiasa mendoakan santri-santrinya di dalam mengikuti liga santri nusantara,” jelas Pengasuh Pesantren Maslakhul Huda, Jaken Pati Jawa Tengah itu.
Di sisi lain, ia mengakui pasti ada banyak kekurangan dalam penyelenggaraan ini. Namun, hal itu akan dijadikan pembelajaran untuk penyelenggaraan Liga Santri Nusantara 2019 agar lebih baik lagi. (Zaenal Faizin/Muiz)