Jakarta, NU Online
Seno Gumira Ajidarma berpendapat bahwa NU eksotis, sesuatu yang tidak terlalu dikenalnya, tapi menarik, indah. Ia mengatakan hal tersebut selepas menjadi narasumber ngaji film dan sejarah dalam rangka peringatan harlah ke-91 NU yang berlangsung di gedung PBNU, Jakarta, Senin (30/1).
“Sampai sekarang juga saya tidak terlalu kenal. Artinya saya hanya kenal mitosnya. Menarik, berwibawa, lama, lawasan. Tapi itu omongan orang,” kata penulis novel “Kitab Omong Kosong” tersebut.
Ia mengenal citra NU ketika berkenalan dengan keluarga Ketua Umum PBNU 1984-1999 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
“Saya kebetulan kenal dengan istrinya Gus Dur, Mbak Nur (Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, red.). Itu kan teman saya wartawan, di sebelah meja saya. Tidak seperti bayangan saya. NU modern, pinter. Kemudian kenal Gus Dur. Kemudian kenal anak-anaknya, Yenny segala. Tapi jangan-jangan mereka tidak mewakil semuanya. Begitu lho,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dilihat dari paham-pahamnya dan pemikiran tokoh NU secara organisasi, kadang-kadang mitos itu pudar. Tapi bukankah relitas lebih baik dari mitosnya?
Peran-peran yang harus dijalankan NU, lanjutnya, mesti mencegah, melawan, menjelaskan segala sesuatu yang sekarang ini membingungkan.
“Imej Islam yang keras, saya kira bisa dibersihkan oleh NU. NU potensil untuk melakukan itu,” katanya. (Abdullah Alawi)