Nasional

Tantangan Perguruan Tinggi di Era Percepatan Zaman

Kamis, 18 Oktober 2018 | 15:20 WIB

Jakarta, NU Online
Percepatan zaman di dunia gobal menjadi tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi. Di saat yang demikian, perguruan tinggi tak punya banyak pilihan selain melakukan akselerasi sehingga mampu melaju dengan perubahan zaman. Sebab jika tidak, maka perguruan tinggi akan ketinggalan dan akibatnya, apa yang diajarkan di dalamnya akan kehilangan relevansi terhadap kebutuhan zaman. 

Hal itu diungkapkan Akademisi Universitas Padjadjaran Aldrin Helwany saat berkunjung ke kantor NU Online di Gedung PBNU Jakarta, Rabu (17/10). 

Dalam obrolan dengan NU Online ia mendefinisikan ciri perguruan tinggi yang ‘berhasil’ adalah perguruan tinggi yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat termasuk pasar kerja. Untuk itu, keduanya harus melakukan sinergi sejak dini sehingga perguruan tinggi mampu menyediakan kebutuhan zaman termasuk tenaga kerja yang dibutuhkan. 

“Civitas akademika harus mampu melakukan jejaring dengan berbagai elemen di antaranya pelaku industri, pemerintah, dan stakeholder lain yang sejalan dengan semangat kampusnya,” ujar Aldrin.

Jejaring antara perguruan tinggi dan stakeholder ini, selain berdampak pada terjaganya relevansi keilmuan sebuah perguruan tinggi, di saat yang bersamaan juga dapat lebih menjamin kelanjutan peserta didiknya setelah lulus.

“Kalau bisa ada kerja sama antara perguruan tinggi dan industri terkait kan para mahasiswanya bisa langsung kerja. Jadi juga bisa menekan tingginya angka penganggran,” ujar anggota Pokja Komite Ekonomi dan Industri Nasional ini.

Aldrin mengakui, perubahan zaman terutama di sektor teknologi begitu cepat terjadi. Perubahan yang  terjadi dalam global ini tak dapat diabaikan begitu saja dan dipandang sebelah mata. 

Akan tetapi sebaliknya, ia harus direspon dengan menyediakan jurusan yang lebih relevan dengan situasi yang berkembang dengan cepat. Percepatan respons ini tidak hanya menjadi tanggung jawab dari perguruan tinggi semata, namun juga tanggung jawab dari pemerintah dalam hal ini Kemenristekdikti. 

“Sebab kadang-kadang kami dari kampus sudah mengusulkan jurusan yang baru yang relevan, tapi persetujannya sangat lama. Hal ini sebaiknya bisa dihindari nanti,” harapnya.

Jika keduanya bersinergi, ia optimistis perguruan tingga akan mampu melaju seiring percepatan zaman dan pada akhirnya mampu menjawab tantangan perubahan yang semakin hari semakin cepat. (Ahmad Rozali)